Opini Batam Pos, Rabu, 27 Januari 2010
Oleh: Mahmud Syaltut Usfa S.Psi
(Psikolog dan Praktisi Pendidikan di Hang Nadim Malay School Batam)
Geliat Visit Batam 2010 makin marak. Genderang untuk mendongkrak sektor wisata terus ditabuh. Di berbagai media, spanduk, even dan publikasi lainnya tiada henti. Dinas Pariwisata Kota Batam juga bekerja maksimal tanpa lelah.
Berbicara pariwisata sangat erat hubungannya dengan psikologis. Kita pasti sepakat, bahwa tujuan pariwisata adalah untuk mendapatkan rekreasi. Namun, bukan berarti bersenang-senang, melainkan secara harfiah adalah diciptakan kembali (re-kreasi).
Dengan kata lain menciptakan kembali atau memulihkan kekuatan dirinya, baik fisik maupun spiritual. Batam banyak memiliki tempat wisata menarik. Mulai dari keindahan alam, wisata religi, shoping, sampai yang bersifat hiburan. Tentunya kondisi tersebut merupakan modal potensial dalam menggaet wisatawan.
Namun, salah satu modal terbesar dalam dunia wisata adalah adanya kekuatan area psikologis yang kuat pada daerah bersangkutan. Sehingga sangat berpengaruh terhadap perasaan, motivasi, kognisi bahkan sikap wisatawan sebelum menginjakkan kaki di daerah tujuannya.
Ambil saja contoh Jogjakarta. Sangat melekat dengan kota budaya dan pelajar. Ketika orang ingin berkunjung ke Jogja, area psikologisnya sudah terasa. Kondisi seperti itu akan berpengaruh pada sikap, bahwa kalau sampai di Jogja nanti harus santun serta bersikap terpelajar. Sasaran wisatanya pun juga jelas, yaitu berwisata budaya.
Contoh lain, Kota Malang terkenal sebagai kota dingin. Daerah wisata banyak difokuskan di puncak. Sampai-sampai sebelum berangkat ke Malang orang sudah merasakan dingin lebih dahulu. Menciptakan imej pada area psikologis ini sangat penting. Karena akan mempengaruhi persepsi, sikap dan perilaku wisatawan.
Ibarat orang yang akan berangkat ke tempat ibadah, pasti jiwa dan hatinya sudah muncul kepasrahan kepada Tuhan. Cara jalannya pun sudah berpengaruh. Berbeda apabila orang mau berangkat ke diskotik, pikirannya dipenuhi perasaan enjoy bahkan nafsu maksiat.
Seperti apa imej psikologis Batam? Setidaknya ada tiga yang masih melekat pada area psikologis masyarakat luar. Pertama, Batam masih dipandang sebagai kota ”surga elektronik” termasuk barang-barang seken Singapura. Ketika akan berkunjung ke Batam perasaan yang melekat adalah belanja elektronik.
Namun sayang, sekarang pada realitasnya sudah mulai bergeser. Harga barang-barang elektronik sudah hampir tidak ada bedanya dengan kota-kota lain di luar Batam. Begitu juga kawasan perdagangan barang-barang seken sudah makin menyusut seiring dengan adanya penertiban.
Imej kedua, maaf, kita tidak bisa menampik hingga saat ini imej Batam masih melekat sebagai kota hiburan dan maksiat. Sangat sedih apabila melihat orang-orang berkunjung ke Batam lebih banyak ”buang hajat” ketimbang menikmati objek wisata.
Ketiga, Batam selalu dikait-kaitkan kedekatannya (secara geografis) dengan Singapura. Pemandangan kota pulau tersebut menjadi daya tarik para pendatang. Bahkan, sekadar ”ngintip” Singapura saja sudah senang. Di posisi ini Batam hanya menjadi sebuah objek yang daya tarik terbesarnya tetap Singapura.
Pertanyaannya, apakah imej tersebut mau dirubah atau tetap dipertahankan? Imej dalam suatu daerah adalah bagian dari kepribadian. Taruhannya adalah harga diri. Membangun imej tidak semudah membangun infrastruktur. Sebagai warga Batam pasti malu jika melihat wisatawan berprilaku seenaknya. Akhirnya daerah kita tidak memiliki kewibawaan. Ini terjadi karena salah membentuk imej.
Visit Batam 2010 adalah pekerjaan rumah besar dalam membangun area psikologis wisata Batam. Tantangan ke depan tidak hanya pengembangan mutu lingkungan. Walau harus diakui dalam industri pariwisata, lingkungan itulah yang sebenarnya dijual. Karakter lingkungan akan memunculkan imej psikologis bagi para wisatawan.
Mempromosikan lokasi-lokasi wisata adalah sebagai pelengkap. Karena di daerah-daerah lain juga memiliki fasilitas yang sama, bahkan lebih. Sebut saja jembatan Barelang. Itu hanya sebuah ikon (master face). Kalau terlalu ditonjolkan malah terlihat ketinggalan jauh dibanding Jembatan Ampera di Palembang atau Jembatam Suramadu di Jawa Timur.
Daya dukung lingkungan pariwisata dipengaruhi oleh dua faktor utama, yaitu tujuan wisatawan dan faktor lingkungan biofisik lokasi pariwisata. Dengan adanya tujuan khusus, di samping ingin mendapatkan hiburan, wisatawan tentulah mengharapkan untuk mencapai tujuan khusus. Harapan itu akan menciptakan suatu kondisi psikologi tertentu pada wisatawan.
Melihat dari kondisi yang ada, Batam sangat tepat apabila membangun imej psikologis melalui ”pelangi budaya”. Keaneka ragaman budaya dari seluruh Indonesia sudah terbentuk di Batam. Ini merupakan nilai plus yang tidak dimiliki daerah lain. Menggali dan menampakkan keberagaman seni budaya adalah cara jitu membangun emej.
Membangun imej melalui sendi-sendi budaya merupakan cara santun “mengajari” para wisatawan bersikap. Dengan keberagaman budaya daerah lain, maka akan banyak cahaya budaya masuk ke sendi-sendi masyarakat. Sehingga budaya Melayu sebagai budaya lokal tinggal memayunginya. Tentu saja dibutuhkan power agar masyarakat luar sadar dan akhirnya secara psikologis terkondisi persepsinya.
Sekecil apapun budaya yang dimiliki oleh kota tersebut harus dikendalikan, dipupuk, dan disemarakkan. Sehingga cahaya-cahaya budaya terus mengalir ke sendi-sendi kehidupan masyarakat. Ini merupakan bagian sangat penting untuk menyeimbangkan dengan pembangunan tempat-tempat wisata (rekreasi).
Wisata Batam membutuhkan ”cahaya kuat” untuk memancarkan sendi-sendi budaya agar terus masuk ke jantung imej masyarakat luar. Memberdayakan budaya daerah suatu keharusan. Tidak jadi persoalan sekalipun dimulai dari persembahan serimonial. Pagelaran serimonial baik tarian, karya sastra, kompang, sampai pakaian dan lain-lain merupakan cara pengumpulan serpihan-serpihan budaya yang ada. Asal terus dikembangkan dan bukan sekadar pageleran sambil lalu.
Kita berharap Visit Batam 2010 tidak hanya membangun tempat-tempat wisata. Melainkan juga membangun suatu imej yang masuk ke area psikologis wisatawan. Dengan kerja keras pemerintahdan dukungan masyarakat, bukan mustahil kondisi tersebut bisa dicapai. Visit Batam 2010 ***
Selanjutnya......