Minggu, 24 Mei 2009

Tugas-Tugas Perkembangan Anak

Salah satu dasar untuk menentukan apakah seorang anak telah mengalami perkembagan dengan baik adalah memulai apa yang disebut dengan tugas-tugas perkembangan atau Development Task.

Tugas perkembangan masa anak menurut Munandar (1985) adalah belajar berjalan, belajar mengambil makanan yang padat, belajar berbicara, toilet training, belajar membedakan jenis kelamin dan dapat kerja kooperatif, belajar mencapai stabilitas fisiologis, pembentukan konsep-konsep yang sederhana mengenai kenyataan sosial dan fisik, belajar untuk mengembangkan diri sendiri secara emosional dengan orang tua, sanak saudara dan orang lain serta belajar membedakan baik dan buruk.

Menurut Havighurts (dalam Gunarsa, 1986) tugas-tugas perkembangan pada anak bersumber pada tiga hal, yaitu : kematangan fisik, rangsangan atau tuntutan dari masyarakat dan norma pribadi mengenai aspirasi-aspirasinya.

Tugas-tugas perkembangan tersebut adalah sebagai berikut: tugas-tugas perkembangan anak usia 0-6 tahun, meliputi belajar memfungsikan visual motoriknya secara sederhana, belajar memakan makanan padat, belajar bahasa, kontrol badan, mengenali realita sosial atau fisiknya, belajar melibatkan diri secara emosional dengan orang tua, saudara dan lainnya, belajar membedakan benar atau salah serta membentuk nurani.

Tugas-tugas perkembangan anak usia 6-12 tahun adalah menggunakan kemampuan fisiknya, belajar sosial, mengembangakan kemampuan-kemampuan dasar dalam membaca, menulis, dan menghitung, memperoleh kebebasan pribadi, bergaul, mengembangkan konsep-konsep yang dipadukan untuk hidup sehari-hari, mempersiapkan dirinya sebagai jenis kelamin tertentu, mengembangkan kata nurani dan moral, menentukan skala nilai dan mengembangkan sikap terhadap kelompok sosial atau lembaga (Havighurts dalam Gunarsa, 1986).

Menurut Havighurst (dalam Hurlock, 1980) tugas perkembangan pada masa anak-anak adalah sebagai berikut: a) Mempelajari ketrampilan fisik yang diperlukan untuk permainan-permainan yang umum. b) Membangun sikap yang sehat mengenai diri sendiri sebagai mahluk yang sedang tumbuh. c) Belajar menyesuaikan diri dengan teman-teman seusianya d) Mulai mengembangkan peran sosial pria atau wanita yang tepat e) Mengembangkan ketrampilan-ketrampilan dasar untuk membaca, menulis dan berhitung f) Mengembangkan pengertian-pengertian yang diperlukan untuk kehidupan sehari-hari g) Mengembangkan hati nurani, pengertian moral, dan tata dan tingkatan nilai h) Mengembangkan sikap terhadap kelompok-kelompok sosial dan lembaga-lembaga i) Mencapai kebebasan pribadi.

Perkembangan seorang anak seperti yang telah banyak terurai di atas, tidak hanya terbatas pada perkembangan fisik saja tetapi juga pada perkembangan mental, sosial dan emosional.

Tugas-tugas pada masa setiap perkembangan adalah satu tugas yang timbul pada suatu periode tertentu dalam hidup seseorang, dimana keterbatasan dalam menyelesaikan tugas ini menimbulkan perasaan bahagia serta keberhasilan pada tugas berikutnya, sedangkan kegagalan akan menimbulkan ketidak bahagiaan dan kesulitan atau hambatan dalam menyelesaikan tugas berikutnya.

rujukan buku :
Hurluck, E. , 1990. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga.

Hurlock, Elizabeth B., 1973. Adolescent Development. Tokyo: Mc Graw-Hill Kogakusha Ltd,



Selanjutnya......

Rabu, 20 Mei 2009

Kusutnya Cinta Segitiga Antasari

Batam Pos, Senin, 18 Mei 2009

Oleh: Mahmud Syaltut Usfa S.Psi
Psikolog dan Praktisi Pendidikan di Hang Nadim Malay School Batam

Masyarakat Indonesia terperanjat begitu mendengar Antasari Azhar menjadi tersangka otak di balik pembunuhan Direktur PT. Putra Rajawali Banjaran (PRB) Nasrudin Zulkarnaen. Bagaimana tidak, ”pendekar” pemberantas para koruptor itu harus ”terkapar” gara-gara hubungan cinta segitiga antara dirinya, Nasrudin dan Rani.

Kasus ini sudah pasti menjadi senjata empuk bagi musuh-musuh Antasari. Harus diakui, dengan keberaniannya, banyak kasus korupsi di seantero negeri ini terungkap. Para pejabat kelas kakap yang terlibat korupsi satu persatu diseret ke meja hijau, termasuk besan presiden, Aulia Pohan.

Tidak berlebihan apabila kejadian ini mengundang spekulasi sebagai jebakan bagi orang nomor satu di KPK tersebut. Lagi-lagi wanita dijadikan sebagai umpan empuk untuk menjatuhkan lawan. Sudah bukan rahasia lagi, dunia politik dan pejabat elit acap kali identik dengan perselingkuhan, seks, serta glamoria wanita-wanita cantik.

Para kaum opurtunis paham bentul, kemolekan tubuh wanita sebagai modal untuk menyuguhi para big boss dan politisi. Ini ibarat makanan pembuka siap saji yang harus disediakan oleh bawahannya.

Sudah banyak politisi elit tak berkutik saat (maaf) ”disajikan” yang satu ini. Seperti, foto yang memperlihatkan kemesraan anggota DPR Max Moein dengan asistennya yang disebut bernama Desi Firdiyanti. Terlepas dari keaslian foto-foto mesra Max Moein, anggota dewan itu akhirnya menghadapi tuduhan pelecehan seksual dari Desi Firdiyanti.

Kasus lain, Yahya Zaini, beredar video hubungan mesum dengan seorang penyanyi dangdut bernama Maria Eva. Seiring beredarnya video mesum tersebut, karier politik yang dirintisnya dari bawah akhirnya tenggelam.

Begitu juga kasus yang menimpa Al Amin Nur Nasution. Lagi-lagi seorang perempuan bernama Efielian Yonata menjadi ‘bonus’ bagi dirinya karena memuluskan rekomendasi untuk Sekda Bintan Azirwan.

Di Amerika sendiri, skandal seks para pejabat dipandang sebagai suatu aib yang menjijikkan. Sehingga, kredibilitas sang pejabat juga akan hancur. Misalnya, Gubernur New York Eliot Spitzer terpental dari kursi empuknya karena “membooking” seorang pelacur kelas elit bernama Ashley Kristen Dupree.

Masih teringat kasus yang menimpa mantan Presiden AS Bill Clinton dengan salah seorang pegawai magang di Gedung Putih, Monica Lewinski? Namun Clinton yang jadi sang presiden kala itu, mekipun banyak dihujat oleh warganya, tak sampai terpental dari kursinya. Skandal Antasari memang sedikit nyentrik.

Disinyalir dirinya terlibat cinta segitiga. Kasus ini tak ubahnya kisah roman saja. Pertemuan ketiganya dimulai di padang golf. Di Hari Minggu, Nasrudin Zulkarnain diajak oleh Antasari Azhar untuk bermain Golf di lapangan golf faforitnya. Untuk lebih meriahnya permainan, Nasrudin mengajak kekasihnya Rani Juliani.

Sesampainya di Lapangan Golf, Antasari menanyakan kepada Nasrudin tentang hubungannya dengan Rani. Karena Antasari tahu bahwa Nasrudin telah beristri, dan teman perempuan yang datang ke Lapangan Golf itu bukan istri Nasrudin. Kematian Nasrudin dikatkan dengan keterliban Antasari. Karena disinyalir dirinya ada main dengan kekasih Nasrudin tersebut.

Akhirnya, Antasari dinyatakan sebagai tersangka dalam kasus penembakan berujung maut yang bermotif cinta segitiga itu.
Cinta segitiga? Benarkan ini persoalan cinta. Apakah cinta itu sebenarnya? Secara psikologi cinta sangat naluriah dan lahir dari perasaan. Hanya saja masalahnya, sebagai sebuah konsep, cinta sangat abstrak sehingga sulit untuk dicerna secara ilmiah.

Posisi seorang pria yang berada dalam cinta segitiga terdapat banyak faktor yang menjadi penyebabnya. Bisa berasal dari kondisi internal dan eksternal. Adapun kondisi internal berhubungan dengan kematangan seseorang berdasar pola asuh dan perjalanan pribadinya.

Hal ini bisa dilihat dari kondisi standar yang muncul dari masa lalunya. Misalnya, mencari wanita yang mirip ibunya.Terkait dengan ini, penyebabnya semata-mata faktor kebutuhan serta keinginan. Tapi, biasanya lebih besar keinginan dibanding kebutuhan!

Munculnya perilaku seksual bisa dipicu dari karier, tingkat pendidikan, seks, dan bisa masalah keluarga.
Namun yang harus ditegaskan, seseorang yang berada dalam posisi cinta segitiga itu cendrung tidak komitmen dengan ikatan percintaan. Akibatnya rentan muncul perilaku berbohong yang terus menerus dilakukan, sehingga menjadi sebuah split personality (kepribadian ganda).

Bisa ditebak, apabila kasus ini benar-benar hubungan cinta segitiga pasti kebohongan-kebohongan akan terus bergulir. Karena untuk menutupi kebohongan harus dijawab dengan kebohongan juga.

Sangat miris, jika seorang Antasari harus melakukan ini! Apalagi dalam konfrensi pers pamer kemesraan dengan istrinya. Entah itu sebuah sikap jujur atau malah sebaliknya guna menutupi kebohongannya.

Kita lihat nanti dalam proses hukum. Tapi yang pasti, cinta ada manakala kejujuran tersadar. Menurut Sternberg, psikolog yang sangat terkenal mengupas tentang cinta, cinta adalah sebuah kisah. Kisah tersebut merefleksikan kepribadian, minat dan perasaan seseorang terhadap suatu hubungan. Ada kisah tentang perang memperebutkan kekuasaan, misteri, permainan dan sebagainya.

Kisah pada setiap orang berasal dari “skenario” yang sudah dikenalnya, apakah dari orang tua, pengalaman, cerita dan sebagainya. Kisah ini biasanya mempengaruhi orang bagaimana ia bersikap dan bertindak dalam sebuah hubungan. Sepertinya tim penyidik harus jeli melihat perjalanan pribadi Antasari, khususnya terkait dengan sisi kepribadinnya.

Hubungan cinta segitiga Antasari bukan kisah roman anak ABG lagi. Skandal ini adalah kisah cinta orang-orang tua yang seharusnya sadar diri. Kasus ini tidak hanya menyangkut moral pribadi, tapi juga pertaruhan moral bangsa. ***



Selanjutnya......

Kamis, 07 Mei 2009

Alhamdulillah dan Astaghfirullah

(Catatan lepas Mahmud Syaltut Usfa)

Perjalanan nasib seseorang memang tidak bisa ditentukan. Kadang sudah berusaha keras meraih kesuksesasan, tapi kenyataannya malah biasa-biasa saja. Namun, ada yang sebaliknya usahanya biasa-biasa saja tapi malah nasib berpihak baik padanya. Begitu juga dalam karir. Ada orang yang mati-matian ingin meraih jabatan tertentu eh...malah tidak kesampaian.

Secara pandangan agama, jabatan itu adalah amanah. Tanggung jawabnya besar. Tidak hanya kepada bawahan dan atasannya, tetapi juga kepada Allah. Makanya tuh...hati-hati saat mendapat jabatan.

Sayyidinah Umar bin Khattab salah satu sahabat nabi memandang jabatan itu tidak hanya sebagai amanah tetapi juga musibah. Makanya, ketika dia dipercaya menjadi khalifah, Umar bin Khattab malah mengatakan Astaghfirullah. Hebatnya, kalimat tersebut tidak sekadar ucapan basa-basi tapi betul-betul dijaga.

Dalam kepemimpinannya beliau tidak pernah mencampur adukkan antara urusan negara dengan urusan pribadi. Boro-boro mau korupsi, menggunakan fasilitas negara saja sangat anti dilakukan. Beliau betul-betul pemimpin yang amanah dan bersahaja. Ucapan Astaghfirullah betul-betul terpantri dalam hatinya sehingga sangat sulit melakukan penyimpangan dari jabatannya.

Saat ini saya pribadi sangat bingung ketika dipercaya menjadi pimpinan. Mau mengatakan Alhamdulillah nanti dikira merasa girang karena jabatan tersebut. Tapi mau mengatakan Astaghfirullah malah kuatir dikira tidak bersyukur. Wah.....bisa-bisa bos yang memberi kepercayaan tersinggung.

Sebenarnya tidak begitu menjadi dilematis. Kita bisa saja cuek. Buktinya banyak orang yang meraih jabatan tertentu malah pakai selamatan besar-besaran, atau merayakan dengan pesta meriah.

Saya jadi teringat dengan kisah juragan kaya dengan kuda pacuannya. Suatu hari sang juragan mencari kuda pacuan yang tercepat. Berbagai perkampungan ditelusuri. Sampai ke pelosok-pelosok desa. Ketika tiba di perkampungan yang sangat jauh dari kota, akhirnya dia bertemu dengan pemilik kuda yang konon kudanya sangat cepat larinya.

”Benar Anda pemilik kuda pacu yang kata orang-orang di sini sangat cepat larinya.” tanya sang juragan. ”Betul tuan, apakah tuan bermaksud membelinya?” kata sang pemilik kuda. ”Oh tentu, berapa saja harganya akan saya bayar asalkan kudanya betul-betul hebat.” jawabnya lagi dengan nada menantang. Mendapat tantangan seperti itu, si pemillik kuda langsung mempersilahkan sang juragan mencobanya.

”Silahkan tuan coba dulu, tapi hati-hati karena kuda ini sangat kencang larinya.” ujar pemilik kuda. Kemudian dengan perasaan penasaran sang juragan mencoba kuda pacuan tersebut. Tapi, aneh...kuda jantan itu tak mau berlari dan hanya diam saja. ”Eh...ini bagaimana kok gak mau lari?” tanya sang juragan dengan nada heran dan suara keras. Tenang saja tuan, kuda ini baru akan lari kalau yang menunggang mengucapkan alhamdulillah.” jelas si pemilik kuda sambil senyum-senyum. ”Oooo....betul begitu ya?!!” sahut sang juragan masih dengan nada heran.

Langsung saja sang juragan mengucapkan ”Alhamdulillah”. Oo...ternyata betul, kudanya langsung berlari. ”Ayo tuan berteriak lagi makin kuat, makin kuat berteriak ”Alhamdulillah” kudanya akan makin kencang berlari.” teriak si pemiliki kuda kepada sang juragan. Benar, sang juragan makin kuat berteriak dan kuda itu semakin kencang juga larinya.

Tapi, ketika mau berhenti sang juragan bingung bagaimana caranya, karena kudanya tak mau berhenti. ”He...bagaimana cara menghentikan lari kuda ini.” teriak sang juragan kepada si pemilik kuda. ”Gampang tuan, cukup mengucapkan ”Astaghfirullah” pasti kuda itu berhenti.” jawabnya setengah berteriak.

Ternyata benar , begitu sang juragan mengucapkan ”Astaghfirullah” kuda tersebut langsung berhenti. ”Wah...betul-betul kuda hebat, saya langsung beli.” ucap sang juragan kepada si pemilik kuda tanpa tawar menawar harga lagi.

Singkat cerita, ketika lomba pacuan kuda sang juragan dengan bangga memamerkan kuda jagoannya. Dia sangat yakin kalau kudanya akan menang. Ketika lomba dimulai dia tenang-tenang saja. Aba-aba pun dimulai tapi sang juragan masih santai dan tak mau menyuruh kudanya lari. Padahal kuda-kuda saingannya sudah berlari duluan.

Setelah kuda-kuda lainnya berlari agak jauh baru sang juragan berteriak “Alhamdulillah”. Kuda tersebut langsung lari melesat. Sampai-sampai kuda-kuda saingannya ketinggalan jauh. Saking girangnya, sang juragan lupa mau menghentikan kudanya.

Hingga akhirnya kudanya lari melampaui arena lomba dan berada di lokasi bebukitan dan jurang. Sang juragan panik setengah mati. Untung, dia ingat cara menghentikan kudanya. Langsung dia berterika ”Astaghfirullah” dan langsung kudanya berhenti tepat di tepi jurang.

Merasa selamat dari musibah dan dengan perasaan lega pula sang juragan tak sadar mengatakan ”Alhamdulillah” sambil mengelus-ngelus dadanya. Mendengar juragannya mengatakan Alhamdulillah langsung kudanya berlari. Celaka....keduanya masuk jurang dan mati !!.

Alhamdulillah dan Astgahfirullah adalah kalimat yang bagus. Tapi apabila salah menempatkan akan membuat celaka. Sekarang bergantung Anda kapan saatnya mengatakan kalimat bersyukur dan kalimat mohon ampunan Allah tersebut. Ketika Anda dipercaya menjadi pemimpin, silahkan mau mengucapkan apa.




Selanjutnya......

Jumat, 01 Mei 2009

Musim Caleg Gugur

(Kebangkrutan Mental dan Abunawas Sindrom)

Batam Pos, Jumat, 01 Mei 2009

Oleh: Mahmud Syaltut Usfa S.Psi
Psikolog dan Praktisi Pendidikan di Hang Nadim Malay School.

Pemilu legislatif baru saja berakhir. Para caleg yang sudah habis-habisan berkampanye sudah diketahui hasilnya. Mereka tidak hanya terkuras tenaga dan pikirannya, tetapi juga biaya serta mental.


Jika dilihat pada masa kampanye, paling tidak ada tiga golongan caleg. Pertama, caleg dengan modal kecil. Harapan lolos juga kecil seimbang dengan modal yang dikeluarkan. Apabila gagal tidak menjadi beban besar. Caleg tipe ini lebih siap kalah dibanding siap menang.

Kedua, caleg dengan modal sedang. Harapannya masih sebatas biasa-biasa saja. Lebih cendrung adu keberuntungan. Jika tidak lolos, tidak begitu berisiko pada kondisi mental. Modal tanggung depresinya juga tanggung.

Ketiga, celeg dengan modal besar. Tidak hanya berharap besar untuk lolos, tapi harapannya sudah mengarah pada ambisi. Bagaimana jika gagal? Sudah bisa ditebak! Mereka rentan stres berat, depresi berat, bahkan berisiko mengalami psikosa (sakit mental).

Para caleg gagal yang mengalami depresi berat disebabkan tidak adanya keseimbangan mental. Harapan tinggi, modal besar, begitu sadar dirinya gagal mental langsung drop. Beban mental dirasakan terlalu berat. Jika seorang caleg gagal mulai sering marah-marah, ngoceh sendiri, kemudian termenung, itu bisa jadi pertanda si caleg gagal sudah terganggu kesehatan jiwanya. Silahkan perhatikan caleg gagal di sekitar Anda !

Lihat saja beberapa kasus, mereka mengalami sakit mental disebabkan terlilit hutang. Tidak hanya mengalami kebangkrutan modal (materi), namun juga kebangkrutan mental. Manakala modal ratusan juta hingga miliaran berbuah kekalahan harapan sirna. Menjadi anggota dewan dipandang sebagai posisi terhormat. Ketika harapan itu sirna, seakan kehormatannya juga runtuh. Di sinilah sebenarnya pentingnya belajar mentransformasi mental.

Ada dua hal sederhana yang membuat orang gampang mengalami stres dan depresi. Pertama, disebabkan salah persepesi. Harapan tak sesuai dengan kenyataan. Kedua, displacement activity, perilaku salah arah tidak sama dengan pikiran. Caleg gagal sangat rentan mengalami keduanya.
Cara sederhana dalam menetralisir keduanya adalah membuat berbagai alternatif. Kemudian, terus mencari alasan untuk berpikir postif. Sehingga sampah-sampah pikiran tidak terus melekat pada pikiran yang lambat laun membusuk dalam hati.

Ego memiliki peran penting dalam mengontrol, mengendalikan serta menetralisir berbagai gelombang pikiran. Para caleg gagal tidak ada salahnya mencontoh Abunawas dalam menetralisir mental ketika egonya terusik. Kelihatannya konyol, tapi paling tidak bisa menetralisir stres dan depresi berat.

Misalnya, ketika Abunawas mengikuti shalat jenazah dengan khusuk berada di shaf depan. Tapi ada yang janggal apa yang dilakukan oleh Abunawas. Yang semestinya shalat jenazah hanya dilakukan dengan posisi berdiri (tidak harus memakai sujud, rukuk dan seterusnya layaknya shalat lima waktu) malah Abunawas melakukannya.

Sikap Abunawas ini mengundang pertanyaan bagi jamaah. ”Kenapa engkau memakai sujud dan rukuk hai Abu? kan mestinya cukup berdiri saja?” tanya seseorang di sebelahnya. Dasar Abunawas, dengan otak cerdiknya dia menjawab enteng “Orang yang mati ini banyak dosanya, sehingga harus memakai rukuk dan sujud,”.

Mengacu pada teori psikoanalisa Sigmund Freud, dalam dinamika diri manusia memiliki Ego Devent Mekanisme. Ini sangat kuat memberikan alasan-alasan demi untuk membela egonya. Kondisi seperti ini dimiliki oleh semua manusia tanpa terkecuali. Apalagi para caleg yang gagal.

Dalam teori psikoanalisa, ego merupakan kesatuan inti manusia. Maka ancaman terhadap ego ini merupakan ancaman pula terhadap eksistensi manusia. Kondisi ini terjadi manakala keadaan mengancam keutuhan integritas pribadinya. Ego Devent Mekanisme ini sendiri sebenarnya tidak realistis dan mengandung unsur penipuan diri sendiri serta distorsi realitas.

Mekanisme itu sangat penting. Sebab berfungsi untuk memperlunak kegagalan, menghilangkan kecemasan, mengurangi perasaan yang menyakitkan karena pengalaman yang tidak mengenakkan. Dan juga untuk mempertahankan perasaan layak dan harga diri. Abunawas ahli dalam melakukan ini!

Dari sekian banyak bentuk pembelaan ego ada beberapa bentuk pembelaan ego yang sering dilakukan oleh kita, seperti Rasionalisasi. Ini adalah berusaha untuk membuktikan bahwa perbuatan yang ia lakukan yang sebenarnya kurang baik, namun dirasionalkan adanya, dapat dibenarkan dan dapat diterima adanya.

Misalnya, ketika caleg ditanya kenapa sampai gagal, caleg tersebut dengan enteng akan menjawab “Sebenarnya yang memilih saya banyak cuma kurang beruntung saja”, padahal intinya ada rasa gengsi mengakui kekalahannya. Rasional menurut dia tapi terkadang akan menjadi lelucon bagi orang lain.

Bentuk ego devent mekanisme lainnya adalah Reaksi Formasi. Yaitu, mengalihkan kegagalannya agar bisa diterima oleh orang lain. Seperti kisah seekor ruba yang tidak bisa meraih anggur, padahal sudah berusaha keras. Akhirnya si ruba mengumumkan pada hewan-hewan lainnya ”Jangan diambil anggur itu, rasanya pahit makanya aku gak mau mengambilnya.”

Caleg yang gagal rentan menggunakan ego devent mekanisme model ini. Mengetahui dirinya gagal maka akan berkoar-koar ”Jadi anggota dewan gak enak, banyak kasus, untung aku gak jadi.” atau akan berkata ”Saya siap kalah demi memberi kesempatan pada yang lain aja kok.”

Bentuk ego devent mekanisme yang juga sering dijadikan andalan caleg gagal adalah Regresi. Bentuk pembelaan ego yang ditandai sikap kemunduran, merajuk layaknya anak kecil. Karena gagal, kecewa akhirnya pindah ke parpol lain. Sepertinya banyak dari kita yang telah belajar dari lelucon Abunawas.

Kita harus banyak mengoreksi diri dengan sedikit meluangkan waktu berpikir bening, jujur pada segenap keterbatasan. Bersikaplah sahaja, tidak larut dalam kebohongan-kebohongan yang sebenarnya kita sendiri yang menciptakannya.

Semakin kuat rasa anarki absolut pada diri kita, terlebih demi kekuasaan, jabatan, dan tidak adanya rasa qanaah. Maka akan melahirkan rasa ketakutan yang selalu menghantui diri kita. Di situlah Abunawas Sindrom akan menjadi komuditas pembenaran sampai melampaui batas sekala logika. ***


Selanjutnya......