Kamis, 28 Januari 2010

Hobi Musik Jadi Bisnis

Batam Pos, Minggu, 01 November 2009

Mahmud Syaltut Usfa, Pemilik Fazriel Music Studio
Bermula dari hobi bermusik, Mahmud Syaltut Usfa mulai berbisnis studio musik.

ANDRIANI, Wartawan Batam Pos

Di antara menjamurnya grup band di Kota Batam terselip peluang bisnis rental studio musik untuk ajang berlatih. Peluang bisnis inilah yang coba ditangkap oleh Mahmud Syaltut Usfa. Ia dan saudaranya bekerjasama mendirikan Fazriel Music Studio, rental & entertainment di Tiban Kampung 12 Oktober 2009.

Benar saja, begitu dibuka banyak anak-anak band yang mau berlatih musik di studio musik miliknya. Utamanya saat pulang sekolah hingga malam hari.

Apalagi kalau akhir pekan, anak band yang mau menyewa studio musik harus rela mengantre. Studio musik milik Syaltut berbeda dengan studio musik kebanyakan di Batam.

Studio musik Fazriel berstandar musisi. Dengan kondisi seperti ini anak-anak band yang berlatih musik bisa nyaman bermain musik. ”Saya tidak ingin menyediakan studio musik yang asal-asalan meski mereka yang main musik di studio musik kebanyakan para pemula,”kata Syaltut.

Semua alat-alat musik di sini serba baru. Tidak ada yang seken dan full AC. Selain itu ruangannya juga kedap suara dengan sangat standar. Semuanya dilapisi peredam suara. Dengan begitu suara dari luar tidak mengganggu anak band yang sedang berlatih musik. Sebaliknya, suara bising dari studio musik juga tidak terdengar oleh tetangga di kiri dan kanan studio musik.

Dengan menghadirkan studio musik berkualitas standar musisi Syaltut harus mengeluarkan modal sekitar Rp30 jutaan hanya untuk satu ruang studio musik. Ke depan Fazriel Music Studio ini akan dilengkapi dengan fasilitas rekaman.

Usaha studio musik yang dirintis Syaltut tidak terlepas dari hobinya. Pria asal Bawean, Jawa Timur ini mengaku sudah mulai bermain musik sejak kelas 4 SD. Hobinya bermain musik terus dilakoni sampai beranjak remaja hingga duduk di bangku kuliah di Universitas Muhammadiyah Malang, jurusan Psikologi.

Begitu pun saat kini sudah sibuk bekerja di Hang Nadim Malay School. Bermain musik sudah seperti menjadi bagian hidup yang tidak bisa dilepaskan. “Ini usaha komunitas. Saya enjoy dengan usaha seperti ini,” kata Syaltut, Pemilik Fazriel Music Studio di Tiban Kampung.

Di studio musik Fazriel, tak hanya anak remaja yang sudah jago ngeband yang jadi langganannya. Ada juga anak-anak yang datang baru belajar musik. ”Ada anak yang minta diajari main gitar, ya saya ajari, ” katanya.

Hanya saja Syaltut mengaku hanya bisa mengajari beberapa anak saja. Maklum saja saat ini Syaltut juga sibuk menahkodai Hang Nadim Malay School. Biasanya saya berada di studio musik sehabis pulang kerja, di atas jam empat sore. Meski sudah sehari bekerja Syaltut tetap semangat mengurus usahanya. ”Sudah cita-cita saya punya studio musik. Di sini saya juga bisa latihan,” katanya. ***







Selanjutnya......

Rabu, 27 Januari 2010

Visit Batam 2010, Visit Imej Wisata

Opini Batam Pos, Rabu, 27 Januari 2010

Oleh: Mahmud Syaltut Usfa S.Psi
(Psikolog dan Praktisi Pendidikan di Hang Nadim Malay School Batam)


Geliat Visit Batam 2010 makin marak. Genderang untuk mendongkrak sektor wisata terus ditabuh. Di berbagai media, spanduk, even dan publikasi lainnya tiada henti. Dinas Pariwisata Kota Batam juga bekerja maksimal tanpa lelah.

Berbicara pariwisata sangat erat hubungannya dengan psikologis. Kita pasti sepakat, bahwa tujuan pariwisata adalah untuk mendapatkan rekreasi. Namun, bukan berarti bersenang-senang, melainkan secara harfiah adalah diciptakan kembali (re-kreasi).

Dengan kata lain menciptakan kembali atau memulihkan kekuatan dirinya, baik fisik maupun spiritual. Batam banyak memiliki tempat wisata menarik. Mulai dari keindahan alam, wisata religi, shoping, sampai yang bersifat hiburan. Tentunya kondisi tersebut merupakan modal potensial dalam menggaet wisatawan.

Namun, salah satu modal terbesar dalam dunia wisata adalah adanya kekuatan area psikologis yang kuat pada daerah bersangkutan. Sehingga sangat berpengaruh terhadap perasaan, motivasi, kognisi bahkan sikap wisatawan sebelum menginjakkan kaki di daerah tujuannya.

Ambil saja contoh Jogjakarta. Sangat melekat dengan kota budaya dan pelajar. Ketika orang ingin berkunjung ke Jogja, area psikologisnya sudah terasa. Kondisi seperti itu akan berpengaruh pada sikap, bahwa kalau sampai di Jogja nanti harus santun serta bersikap terpelajar. Sasaran wisatanya pun juga jelas, yaitu berwisata budaya.

Contoh lain, Kota Malang terkenal sebagai kota dingin. Daerah wisata banyak difokuskan di puncak. Sampai-sampai sebelum berangkat ke Malang orang sudah merasakan dingin lebih dahulu. Menciptakan imej pada area psikologis ini sangat penting. Karena akan mempengaruhi persepsi, sikap dan perilaku wisatawan.

Ibarat orang yang akan berangkat ke tempat ibadah, pasti jiwa dan hatinya sudah muncul kepasrahan kepada Tuhan. Cara jalannya pun sudah berpengaruh. Berbeda apabila orang mau berangkat ke diskotik, pikirannya dipenuhi perasaan enjoy bahkan nafsu maksiat.

Seperti apa imej psikologis Batam? Setidaknya ada tiga yang masih melekat pada area psikologis masyarakat luar. Pertama, Batam masih dipandang sebagai kota ”surga elektronik” termasuk barang-barang seken Singapura. Ketika akan berkunjung ke Batam perasaan yang melekat adalah belanja elektronik.

Namun sayang, sekarang pada realitasnya sudah mulai bergeser. Harga barang-barang elektronik sudah hampir tidak ada bedanya dengan kota-kota lain di luar Batam. Begitu juga kawasan perdagangan barang-barang seken sudah makin menyusut seiring dengan adanya penertiban.
Imej kedua, maaf, kita tidak bisa menampik hingga saat ini imej Batam masih melekat sebagai kota hiburan dan maksiat. Sangat sedih apabila melihat orang-orang berkunjung ke Batam lebih banyak ”buang hajat” ketimbang menikmati objek wisata.

Ketiga, Batam selalu dikait-kaitkan kedekatannya (secara geografis) dengan Singapura. Pemandangan kota pulau tersebut menjadi daya tarik para pendatang. Bahkan, sekadar ”ngintip” Singapura saja sudah senang. Di posisi ini Batam hanya menjadi sebuah objek yang daya tarik terbesarnya tetap Singapura.

Pertanyaannya, apakah imej tersebut mau dirubah atau tetap dipertahankan? Imej dalam suatu daerah adalah bagian dari kepribadian. Taruhannya adalah harga diri. Membangun imej tidak semudah membangun infrastruktur. Sebagai warga Batam pasti malu jika melihat wisatawan berprilaku seenaknya. Akhirnya daerah kita tidak memiliki kewibawaan. Ini terjadi karena salah membentuk imej.

Visit Batam 2010 adalah pekerjaan rumah besar dalam membangun area psikologis wisata Batam. Tantangan ke depan tidak hanya pengembangan mutu lingkungan. Walau harus diakui dalam industri pariwisata, lingkungan itulah yang sebenarnya dijual. Karakter lingkungan akan memunculkan imej psikologis bagi para wisatawan.

Mempromosikan lokasi-lokasi wisata adalah sebagai pelengkap. Karena di daerah-daerah lain juga memiliki fasilitas yang sama, bahkan lebih. Sebut saja jembatan Barelang. Itu hanya sebuah ikon (master face). Kalau terlalu ditonjolkan malah terlihat ketinggalan jauh dibanding Jembatan Ampera di Palembang atau Jembatam Suramadu di Jawa Timur.

Daya dukung lingkungan pariwisata dipengaruhi oleh dua faktor utama, yaitu tujuan wisatawan dan faktor lingkungan biofisik lokasi pariwisata. Dengan adanya tujuan khusus, di samping ingin mendapatkan hiburan, wisatawan tentulah mengharapkan untuk mencapai tujuan khusus. Harapan itu akan menciptakan suatu kondisi psikologi tertentu pada wisatawan.

Melihat dari kondisi yang ada, Batam sangat tepat apabila membangun imej psikologis melalui ”pelangi budaya”. Keaneka ragaman budaya dari seluruh Indonesia sudah terbentuk di Batam. Ini merupakan nilai plus yang tidak dimiliki daerah lain. Menggali dan menampakkan keberagaman seni budaya adalah cara jitu membangun emej.

Membangun imej melalui sendi-sendi budaya merupakan cara santun “mengajari” para wisatawan bersikap. Dengan keberagaman budaya daerah lain, maka akan banyak cahaya budaya masuk ke sendi-sendi masyarakat. Sehingga budaya Melayu sebagai budaya lokal tinggal memayunginya. Tentu saja dibutuhkan power agar masyarakat luar sadar dan akhirnya secara psikologis terkondisi persepsinya.

Sekecil apapun budaya yang dimiliki oleh kota tersebut harus dikendalikan, dipupuk, dan disemarakkan. Sehingga cahaya-cahaya budaya terus mengalir ke sendi-sendi kehidupan masyarakat. Ini merupakan bagian sangat penting untuk menyeimbangkan dengan pembangunan tempat-tempat wisata (rekreasi).

Wisata Batam membutuhkan ”cahaya kuat” untuk memancarkan sendi-sendi budaya agar terus masuk ke jantung imej masyarakat luar. Memberdayakan budaya daerah suatu keharusan. Tidak jadi persoalan sekalipun dimulai dari persembahan serimonial. Pagelaran serimonial baik tarian, karya sastra, kompang, sampai pakaian dan lain-lain merupakan cara pengumpulan serpihan-serpihan budaya yang ada. Asal terus dikembangkan dan bukan sekadar pageleran sambil lalu.


Kita berharap Visit Batam 2010 tidak hanya membangun tempat-tempat wisata. Melainkan juga membangun suatu imej yang masuk ke area psikologis wisatawan. Dengan kerja keras pemerintah dan dukungan masyarakat, bukan mustahil kondisi tersebut bisa dicapai. Visit Batam 2010 ***








Selanjutnya......

Sabtu, 23 Januari 2010

SAMA-SAMA SENANG

Catatan Lepas Mahmud Syaltut Usfa)

Dalam kehidupan ini selalu diciptakan berpasang-pasangan. Ada siang-malam, suka-benci, mulia-hina, dan seterusnya. Ada orang yang melakukan perbuatan bertentangan tapi keduanya dinilai sama-sama menyenangkan. Misalnya, ada orang merasa sanang karena menikah, tapi juga ada yang merasa senang karena bercerai. Merasa senang karena keluar dari tempat kerja lama, tapi merasa senang diterima di tempat kerja baru. Ada juga yang merasa senang mendapat pacar baru, tapi juga merasa senang putus dengan pacar lamanya. Banyak contoh-contoh lain seperti di atas.

Tentu saja perasaan senang yang dimaksud adalah secara permukaannya. Bukan berkaitan dengan suasana hati atau keihlasan menerima situasi keduanya. Kalau urusan hati sangat subjektif tidak mudah dijabarkan atau dinilai.

Seperti yang dialami oleh saya. Pada Hari Kamis, 21 Januari 2010, ada seorang ibu berkonsultasi tentang anaknya yang masih duduk di kelas I SD. Sebelumnya juga sering konsultasi, tapi saat itu merasa senang karena anaknya sudah mengalami perubahan. Termasuk tetangga-tetangganya juga menilai positif perubahan anaknya. Dia bilang kalau sekarang sudah tenang termasuk menjalankan bisnisnya.

Selesai konsultasi, dia pulang tapi tak lama kemudian pembantunya menemui saya dan menyodorkan amplop (duit). “Pak, ini dari ibu.” Ujarnya sambil tersenyum. “Gak usah, sampaikan ke ibu, saya mengucapkan terima kasih.” Jawab saya dengan suara pelan. Perasaan saya ketika itu sangat senang karena bisa membantu orang tanpa mengharap materi.

Kemudian besoknya, pada Hari Jum’at, 22 Januari 2010, ada seorang bapak datang ke tempat kerja saya. Dia minta tolong karena motornya lagi mogok dan harus dibawa ke bengkel. Tapi, persoalannya dia tidak punya uang. “Saya hanya bawa uang Rp. 3000 pak, pinjam dulu sekitar bulan depan saya bayar.” Ujarnya dengan nada memohon. “Bapak butuh uang berapa?” tanyaku. Dia bilang butuh Rp. 50.000. “Maaf pak, saya hanya bisa membantu Rp. 20.000, ambil saja gak usah pinjam.” Jawab saya sambil menyodorkan uang. Ketika itu saya memang lagi pas-pasan bawa duit karena ada kebutuhan lain untuk membayar ongkos jahit pakaian.

Kedua sikap yang saya lakukan sama-sama menyenangkan walau keduanya bertentangan. Sikap yang satu menolak tapi sikap satunya memberi. Tapi, apakah saya ihlas? Insya Allah, tapi yang pasti saya sudah melakukan dua sikap bertentangan dengan satu tujun “Merasa Senang”. ***









Selanjutnya......

Jumat, 22 Januari 2010

Imam Syafii, Guru dan Ayam

(Catatan Lepas Mahmud Syaltut Usfa)

Menjadi guru memang harus siap dinilai. Baik oleh siswa-siswinya maupun oleh orangtua mereka. Tidak hanya pintarnya, namun juga sikap ketika mengajar. Banyak teori dikemukakan para ahli pendidikan maupun psikologi agar bisa menjadi guru hebat. Tentunya teori mereka sangat dahsyat. Namun, tahukah Anda kalau ingin menjadi guru hebat kuncinya sederhana, yaitu harus ihlas, jujur atau tidak akal-akalan memberi ilmu ke siswanya.

Apabila Anda mampu menerapkanya, dijamin akan disayang dan dikagumi murid-muridnya. Tapi sebaliknya, sehebat apapun ilmu yang Anda miliki namun tidak mampu menerapkannya, siap-siaplah ditinggal murid-muridnya.

Pernah dikisahkan, pada suatu hari Imam Syafii mencari seorang guru yang sangat termasyhur ilmunya. Saking hebatnya, Imam Syafii sampai begitu penasaran ingin menuntut ilmu kepadanya. Berangkatlah dia menuju rumah sang guru.

Ketika sudah sampai di kampung guru tersebut dia bertanya kepada penduduk setempat. “Di mana rumah guru yang sangat terkenal itu? Saya mau berguru padanya.” Tanya Imam Syafii kepada salah seorang penduduk. “O…di sana, terus saja jalan lurus tak jauh dari sini rumahnya akan kelihatan.”jawab orang itu sambil menunjukkan arah jalan dengan tangannya.

Imam Syafii langsung bergegas mengikuti arah yang ditunjuk. Benar, dari jauh dia melihat sang guru sedang memberi makan ayam. Namun, ada yang janggal sehingga membuat Imam Syafii menghentikan langkahnya. Dia terus memperhatikan sang guru saat memberi makan ayam dengan seksama dari jarak jauh. Sang guru tersebut terus memberi makan ayam-ayamnya, kemudian begitu ayam-ayam itu makan langsung ditangkap.

Melihat kejadian itu Imam Syafii jadi berpikir “Guru itu tidak ihlas dan akal-akalan memberi makan ayam-ayamnya. Kalau mau ditangkap kenapa tidak langsung saja, kenapa harus pura-pura memberi makan. Kalau dia tidak jujur kapada ayam-ayamnya, jangan-jangan nanti dia juga akal-akalan memberi ilmu ke saya. Lebih baik batal saja menuntut ilmu ke dia.” Begitu yang ada dalam pikiran Imam Syafii sambil melangkahkan kakinya pulang.

Mudah-mudahan tulisan ini bisa memberi hikmah kepada para pendidik. Saat memberi ilmu berikanlah dengan jujur. Berilah sentuhan dengan jujur, karena sentuhan yang jujur akan mampu masuk ke dalam hati nurani anak didik kita. ***







Selanjutnya......

Masih Tentang Takdir - Muhasabah-Ku

CARI YANG MURAH DIGANTI YANG MAHAL

Dulu saya ada kebiasaan membelikan pulsa buat pacar. Maklum, hubungan kami jarak jauh antara Batam-Jakarta. Jadi, tiada hari tanpa SMS. Siang hari ketika saya mau main band dia SMS kalau pulsanya sudah mepet. "Entar abang belikan, tunggu aja bentar." begitu balasan SMS yang saya kirim. Entah kenapa, kok saat itu saya hitung-hitungan banget mau beli pulsa di counter yang harganya miring. Di tempat biasa lebih mahal. Tapi kalau beli di counter HP di mall bisa lebih murah Rp.2000. "Lumayan ngirit Rp. 2000." pikirku.

Demi harga miring Rp.2000 saya bela-belain berangkat ke mall (counter HP) yang jaraknya dari rumah cukup jauh (perjalanan naik motor sekitar 15 menit). Padahal di dekat-dekat rumah banyak counter penjual pulsa. Gak biasanya begitu sih, tapi lagi-lagi demi kepuasan mendapatkan harga lebih murah yang hanya Rp. 2000.

Alhamdulillah, akhirnya sampai juga di mall. Aku parkir motor dan langsung menuju counter. Begitu selesai ngisi pulsa terus ngasih tahu ke pacar. "Pulsa sudah dikirm, ade cek ya." isi SMS saya. Tak lama HP saya berdering dapat kiriman SMS balasan kalau pulsanya sudah diterima.

Alhamdulillah....selesai juga, rasanya lega banget. Aku pun langsung menuju ke tempat parkir ngambil motor. Astaghfirullah....helm saya hilang!! Saya cari-cari siapa tahu jatuh atau ketukar ke motor lain, ternyata tetap tidak ada.

"Aduh...gimana mau pulang nih." pikirku sambil cengar-cengir. Mau gak mau saya harus beli helm. Harga helmnya Rp. 45.000 !! Ssttt..jangan kaget, harganya memang murah tapi gara-gara mau ngirit Rp. 2000 akhirnya melayang juga Rp. 45.000. Takdir memang tidak bisa dihindari. ***




MEMANG DASAR REZEKI

Kejadian ini ketika masih kuliah. Selesai kuliah saya tidak langsung pulang tapi selalu mampir ke senat mahasiswa atau sanggar teater. Biasanya sampai sore atau malam hari baru pulang. Tapi gak tahu hari itu saya ingin sekali cepat sampai rumah. Apalagi ketika itu baru selesai memimpin diskusi di kampus, pikiran ingin sitirahat. "Siang-siang gini enak banget kalau langsung tidur." pikirku enteng. Terlebih cuaca Kota Malang saat itu terasa dingin.

Begitu sampai di ujung kampus kok saya mendengar ada teman manggil-manggil dari jarak yang lumayan jauh. Oo...ternyata teman yang sama-sama aktif di teater. Saya tunggu sebentar, dari raut wajahnya sepertinya ada keperluan sangat penting. "Ada apa mas...kok kayak penting banget." sapaku.

Ternyata dia lagi butuh duit. Untung di dompetku masih ada beberapa lembar ribuan. Setelah saya kasih dan dia mengucapkan terima kasih,,langsung saya pulang. "Aku langsung pulang mas, rasanya mata ngantuk banget." kataku dengan nada datar.

Hari itu memang gak biasanya aku pulang siang. Begitu sampai di rumah ternyata ada pesan agar saya menghubungi teman di kampung. Rupanya dia baru nelpon tapi saya sedang di kampus (saat itu belum ada HP seperti sekarang). Begitu saya telpon ternyata dia ngasih job main band, dan menyuruh besok pagi saya harus berangkat. Alhamdulillah....kebetulan duit lagi pas-pasan datang rezeki. "Untung aku cepat-cepat pulang." pikirku. Takdir memang tidak bisa dilawan.***




WARNA BAJU YANG SERING SAMA
Saya selalu yakin kalau segala sesuatu yang terjadi sudah direncanakan Allah. Sekecil apapun pasti sudah diatur oleh Allah. Tidak ada yang kebetulan. Kita mengatakan kebetulan dikarenakan ketidak mampuan membaca takdir.

Di tempat kerja, saya sering memakai baju yang warnanya sama dengan salah seorang teman perempuan. Awalnya gak memperhatikan, tetapi teman-teman sering bercanda katanya saya janjian (hehe…jadi kangen sama teman-teman). "Aduh...janjian ya kok matcing terus warna bajunya." begitu canda teman-teman yang semuanya permpuan.

Karena sudah keseringan, akhirnya saya berpikir untuk tidak memakai baju itu dulu. Entar kalau sudah agak lama baru aku pakai lagi. Padahal saya merasa enjoy dan asyik-asyik saja walau dibilang janjian.

Baju itu saya simpan baik-baik dengan rapi. Jujur saja, saya suka sekali dengan warnanya, yaitu pink. Gak sampai dua minggu ketika saya mau berangkat kerja, di lemari pakaian ternyata baju kerja lagi pada dicuci, “Wah….mau pakai baju yang mana nih.” Kataku agak lama mikir. O iya…untung masih ada satu baju warna pink. Yang tadinya gak mau dipakai dulu eh…akhirnya harus saya pakai.

Begitu sampai di tempat kerja, benar deh….teman saya itu kebetulan juga sedang memakai baju warna sama. Langsung teman-teman yang lain pada ngeledek “Janjian lagi ya pak….” Celetuk mereka sambil senyum-senyum. Hehe….takdir memang gak bisa dihindari. ***














Selanjutnya......

Sabtu, 16 Januari 2010

ULAMA SUFI DAN POHON BERDURI

(Catatan lepas Mahmud Syaltut Usfa)

Seorang ulama sufi sedang berjalan dengan salah seorang muridnya. Di perjalanan mereka melewari pohon berduri yang masih kecil. Kemudian, sang sufi mencabut satu persatu pohon berduri tersebut di sepanjang perjalanan. Melihat yang dilakukan gurunya, si murid merasa heran. Kemudian bertanya kepada gurunya. “Guru, kenapa mencabut pohon-pohon yang masih kecil ini, apakah tidak kasihan.” Tanyanya dengan nada heran. “Karena pohon ini berduri.” Jawabnya singkat.

Si murid masih penasaran. “Tapi guru…bukankah pohon yang masih kecil ini tidak membahayakan?” tanyanya lagi. Dengan tenang gurunya menjawab “Pohon ini memang tidak berbahaya karena masih kecil, tapi kalau sudah besar bisa berbahaya dan mencelakakan orang-orang yang lewat, oleh karena itu harus dicabut dari sekarang, sebab apabila sudah besar sangat sulit dicabut.” Ujarnya sembari melanjutkan. “Begitu juga hati, apabila ada duri sekecil apapun harus dicabut. Jika duri tersebut dibiarkan maka akan makin besar dan sulit dibersihkan, akibatnya akan mencelakan dirinya dan orang lain.” Jelas sang guru bijak. Mendengar penjalasan gurunya membuat murid tersebut tertegun tanpa sepatah kata lagi.

Duri di badan gampang dirasakan begitu sadar ada duri langsung bisa dicabut Tapi duri di hati kadang tidak sempat dikenali. Lebih ironis lagi, sudah tahu hatinya ada duri tapi tidak mau membersihkannya Bahkan, ketika diingatkan malah membuatnya marah.

Rasa benci, sombong, iri, dengki, pemarah, tidak mau memaafkan, dan sejenisnya adalah duri-duri hati yang sangat umum. Mudah dikenali, dirasakan, dan disadari. Sekalipun disadari, tapi hati kadang senang memeliharanya. Anehnya lagi, sekalipun sudah ada peringatan, mengalami peristiwa yang disebabkan duri di hatinya, tapi tetap tidak mau mencabutnya.

Introspeksi dan menjaga kelembutan hati adalah salah satu cara bijak dalam membersihkan hati dari duri-durinya. Membersihkan sedari kecil adalah keharusan agar tidak sampai tumbuh besar. Kita adalah tempat hilaf, salah dan dosa. Tetapi dengan menyadari dan memperbaikinya terus menerus, insya Allah kita menjadi orang-orang yang memiliki hati bersih dari berbagai macam duri.














Selanjutnya......

Jumat, 15 Januari 2010

KEPLESET DI SURGA

(Catatan lepas Mahmud Syaltut Usfa)
Mengeluh memang paling gampang diucapkan. Kalau orang sudah doyan mengeluh, diapa-apakan tetap saja manyun. Pembawaannya nyebelin, sikapnya juga bikin capek dilihat. Biasanya, disadarkan juga susah. Makanya, kalau ketemu orang seperti itu mendingan dibiarkan saja apa maunya. Habis…daripada hati kita capek.

Jadi orang pengeluh itu gak enak. Hidupnya gak bersemangat, bahkan, selalu dijauhi kenikmatan. Sekalipun dihantarkan seribu kenikmatan tetap saja gak disukuri. Tuh, makanya jaga diri jangan sampai jadi orang pengeluh. Tidak hanya itu, tipe orang pengeluh itu juga dijauhi rezeki. Sampai-sampai sekalipun di surga tidak akan merasakan kenikmatan. Lho, kok bisa…?!!

Konon di zaman dulu, ada seorang santri yang sikapnya selalu mengeluh. Kiyai-nya sendiri sampai-sampai dibuat repot sama anak itu. Pernah ketika dalam pengajian, sang kiyai membahas mengenai kenikmatan-kenikmatan di surga. “Anak-anak, di surga itu sangat nikmat, saking nikmatnya segala sesuatu yang terjadi di sana ingin selalu diulang-ulang terus.” Terang pak kiyai kepada santri-santrinya.

Dasar si pengeluh ! Eh…dia malah tetap saja mengeluh “Huh…mana mungkin, kalau selalu diulang-ulang kan membosankan.” keluhnya dengan nada enteng.

Demi untuk meyakinkan santrinya, sang kiyai berdo’a agar beberapa santrinya diizinkan mendapatkan kenikmatan-kenikmatan surga. Singkat cerita, malaikat atas izin Allah bersedia mengantarkan. “Kalian besok subuh harus kembali dan masing-masing harus menceritakan kenikmatan-kenikmatan selama di surga.” Pesan pak kiyai. Maka diberangkatkan roh lima santri ke alam barzah dalam satu malam.

Keempat temannya berangkat dengan senang hati dan selalu tersenyum selama di perjalanan. Hingga akhirnya mereka sampai ke surga. Namun, si pengeluh belum juga sampai-sampai. Selama di perjalanan bawaannya mengeluh terus. “Aduh…capeknya, jauh sekali surga ini kok gak sampai-sampai, apa mungkin segala kejadian di surga ingin diulang-ulang terus” gerutunya selama perjalanan.

Akhirnya perjalanan sudah mau sampai. Pintu surga sudah terbuka. Begitu si pengeluh ini mau masuk tiba-tiba kakinya terpleset dan jatuh, bruakkk…!! Karena merasa nikmat, maka dia selalu mengulanginya. Setelah jatuh dia bangun lagi, jatuh lagi bangun lagi, terus diulanginya sampai waktunya habis. “Sudah cukup! waktu subuh sudah tiba sekarang kamu kembali ke dunia lagi.” Perintah malaikat.

Akhirnya roh kelima santri tersebut sampai di dunia. “Coba kalian satu persatu menceritakan kenikmatan-kenikmatan di surga.” Ujar sang kiyai kepada mereka. Satu persatu para santri menceritakan berbagai kenikmatan selama di surga. “Sungguh luar biasa, gak bisa diungkapkan lewat kata-kata karena di dunia ini jauh gak ada apa-apanya.” Begitu penjelasan keempatnya.

“Selanjutnya kamu, coba ceritakan pengalamanmu.” Tunjuk sang kiyai kepada santri si pengeluh. Dengan menundukkan kepala dia menjawab “Anu pak kiyai….cuma kepleset saja.” Jawabnya sedikit terbata-bata. “Maksudmu apa…?” tanya sang kiyai penasaran. “Waktu mau memasuki pintu surga saya kepleset, karena sangat nikmat saya ingin terus mengulangi sampai waktunya habis.”jelasnya dengan malu. “Jadi, jauh-jauh ke surga hanya merasakan kepleset saja?” sergah sang kiyai sambil geleng-geleng kepala.






Selanjutnya......

Minggu, 10 Januari 2010

Celoteh Si Madura dan Batak

(Catatan Anekdot Mahmud Syaltut Usfa)

Sore itu langit Kota Batam sedikit mendung. Di sebuah kawasan Jodoh nampak kedua laki-laki setengah baya sedang berbicara akrab. Penampilan keduanya jauh dari potongan orang kota. Dari logat bicaranya ternyata keduanya berasal dari daerah berbeda. Satu dari Madura dan satunya dari tanah Batak.

Gaya bicaranya medok sesuai asal daerahnya masing-masing. Dan lebih parahnya lagi, keduanya sama-sama hancur berbahasa Indonesia. Entah gak pernah sekolah atau memang gak biasa berbahasa Indonesia, kok berantakan betul ngomongnya.

Percakapan dimulai dari orang Madura dengan menanyakan pekerjaan temannya yang dari Batak itu. “Perbuatanmu di mana sekarang?” ujarnya memulai pembicaraan. “Oo…pekerjaan saya di panjaitan.” jawab temannya santai. Mendengar temannya kerja sebagai penjahit, orang Madura tersebut merasa senang. “Wah…kebetulan, celana saya robek, berapa ya tarifnya.” tanyanya lagi. Lagi-lagi dengan santai Si Batak menjawab “Bergantung robeknya, kalau cuma sedikit ongkosnya napitupuluan tapi kalau parah bisa pangaribuan.” jawabnya serius.

Si Madura tersebut sangat senang. Dia janji akan segera ke rumah temannya membawa celana yang robek. Tapi, dia tidak tahu tempat tinggal temannya sekarang ini. “Rumahmu di mana sekarang?” tanyanya. Dengan serius temannya yang asli Batak itu menjelaskan. “Rumah saya gak jauh dari sini, jalan sazja lurus dekat pasaribu..persis di sebalah tambunan-tambunan sampah….”

Belum selesai menjelaskan, teman Maduranya langsung memotong…”wah…kalau begitu jalannya banyak kenaikan?” sambutnya. “Iya…”jawab si Batak sambil melanjutkan..”Jalannya tidak hanya menaik…tapi juga manurung ke bawah, aku tinggal di rumah liar, makanya kalau ke rumah harus melewati pohan-pohan dan juga tobing-tobing bangunan yang belum selesai.” Jelasnya lagi sangat serius.

Dalam pembicaraan keduanya nampak sangat enjoy dengan bahasa amburadulnya masing-masing. Si Madura banar-benar penasaran alamat rumah temannya itu. Dia menceritakan kalau sekarang dia tinggal di daerah yang jauh dari kota. “Jadi sekarang kau tinggal di mana? Tanya Si Batak langsung menyambar. “Dari sini bisa naik busway.” Sahut Si Madura enteng.

“Tapi macam mana perjalanannya susah gak naik busway? Saya gak suka kalau berbutar-butar, apalagi aku pernah kejadian ada pencopet mau ngambil duit aku, untung ketahuan dan aku keluarkan pisau…eh…taunya pisau yang aku bawa sitompul, aku langsung lari sitanggang-tanggang.” Jelasnya serius sambil sesekali tersenyum geli.

Mendengar cerita temannya itu, si Madura berupaya mayakinkan kalau perjalanan ke rumahnya aman. “Jangan gentar, tidak berputar-putar…hanya kadang buswaynya penuh.” Sahutnya, sambil dia menceritakan pengalamannya naik busway. “Aku pernah naik busway penumpangnya penuh, aku sampai marah-marah ke sopirnya.” Katanya sambil berpikir kenangannya. “Memang kenapa rupanya kau marah-marah?” Sahut si Batak penasaran. Kemudian si Madura menceritakan kejadiannya…”Bagaimana gak marah…saya ini naik busway mulai kenaikan sampai keturunan tidak mendapat kedudukan…eh…sama sopirnya diturunkan di tanah air.” Jelasnya dengan nada sedikit emosi.

Mendengar pengalaman temannya seperti itu Si Batak malah tertawa. “Haha…jadi kau mulai naik sampai turun tidak dapat tempat duduk, terus sama sopirnya diturunkan di tanah yang becek…kasihan deh loe.” Sahutnya sambil terus tertawa. Si Madura lama-lama tersenyum juga mengingat pengalamannya.

Di ujung percakapan, si Madura mempersilahkan teman lamanya itu mampir ke rumahnya. “Aku juga tinggal di rumah liar tapi di bukit.” Ujarnya dengan nada mengajak. Si Batak menyambut senang hati “Wah…kalau begitu di tempat kau udaranya siregar.” Ucapnya yang diangguki setuju oleh si Madura.**









Selanjutnya......

Sajak Hati Mahmud Syaltut Usfa

"DETIK CINTA"

Detik ini akan kukuras segala isi hati
Kembali ke titik nol tanpa denyut cinta lama
Memulai dari yang terhapus

Aku jatuh cinta lagi....!!

Kalimatku menjelma menjadi untaian syair
Suaraku adalah nyanyian sang malam
Nafasku desahan sang rindu

Aku gelisah.....!!

Gadis itu berjalan dengan seribu pikiran
Langkahnya adalah kegelisahan
Setiap detik menghitung takdir

Dia gadis hebat....!!

Detak jantungnya bersenandung asma Allah
Berjalan pasti menembus keridhaan-Nya
Aku ingin mendekapnya hingga para bidadari cemburu




" WAJAH"


Wajah itu hadir menyelinap di serpihan hati
Mendekat di urat nadi merapat pada fatamorgana
Wajah itu ada dalam ketiadaan
Tak tersentuh akal namun tersentuh hati
Matanya menunduk hatinya menatap
Hadir bersama takdir
Pergi bersama luka

Wajah sendu menangisi suara hatinya
Air matanya bening mengalir ke ujung asa
Ada hati yang terus memelas
Takut mengakui kejujuran cinta

Wajah itu pergi bersama angin
Mendekap kegelisahan
Terus menjauh tak tersentuh logika
Berlari menuju lidah kegalauan
Lenyap bersanding dengan misteri hati







Selanjutnya......

Pernak-pernik Manajemen Qalbu

PERPISAHAN CUKUP SIKAPI SEWAJARNYA
Pada Hari Senin, 26 Des 2009 perasaanku merasa sedih. Karena tiga orang teman saya di tempat kerja harus resign. Saya tahunya cukup mendadak juga. Bahkan ada yang baru sekitar tiga bulan bekerja harus berpisah.
Apa boleh buat, sudah menjadi keputusan yang tidak bisa diutak-atik lagi. Hati saya juga merasa kehilangan. Rasanya hati terhimpit karena harus berpisah. Daripada terus menerus merasa sedih dan bisa-bisa meneteskan air mata (hik3s...huh kok malah melankolis nih). Akhirnya saya memutuskan pulang untuk menenangkan pikiran.

Dalam perjalanan pulang pikiran dan perasaanku masih tidak tenang. Kenapa harus berpisah dengan teman-teman secepat itu? Itu terus yang menjadi pertanyaan. Tak terasa sudah mau sampai rumah, tiba-tiba terdengar bunyi sirine ambulan. Oo…ternyata ada mobil jenazah lewat beserta iring-iringan kendaraan pelayat. Pikiranku langsung tersentak “Ya Allah orang-orang itu berpisah selamanya, sedangkan saya hanya berpisah jarak, kenapa harus larut dalam kesedihan”. Subhanallah…adaaa saja caranya Allah menghibur saya !!



PIZZA DAN SEDEKAH
Walaupun sudah putus tapi pacar saya kadang masih komunikasi. Saya kadang enggan membalasnya karena sudah punya kehidupan masing-masing. Alhamdulillah sekarang sudah tidak ada komunikasi lagi. Sore itu saya naik motor ada urusan ke teman, tiba-tiba HP saya berdering pertanda ada SMS masuk. Motor kuberhentikan sejenak dan ternyata ada SMS dari mantan pacar saya di Jakarta.

Isinya begini “Abang lg ngapain? Ade lg beli pizza nih enak banget”. Akhirnya aku balas sebentar “Wah pasti sedap tuh….makan yg lahap ya de, abang lg di jalan”. Malam-malam setelah urusan selesai aku pulang ke rumah adik. Di jalan aku masih sempatkan bersedekah ke anak jalanan.

Sampai di rumah adik, gak disangka-sangka adik saya bilang “Di dapur ada pizza tadi sore saya beli, habiskan saja semua karena yang lain sudah makan”. Subhanallah….adaaa saja caranya Allah menghibur saya. Saya SMS ke mantan pacar sambil bercanda “Terima kasih ya de atas pizzanya, nih abang lg makan hehe”. Kontan saja dia kaget apa maksudnya. Setelah saya jelaskan malah dia makin kaget “Kok bisa ya bang” balasnya dalam SMS.



JANGAN COBA-COBA MENANTANG TAKDIR
Masih kisah dengan mantan pacar nih. Berpisah dengan orang yang dicintai pasti sedihnya minta ampun. Saat awal-awal putus hati terasa hampa (ih…kayak lagu aja ya!! sekarang sudah terhapus). Saat itu berbagai cara saya lakukan agar tenang dan bisa melupakan dia. Alhamdulillah akhirnya sekarang malah gak berselera mengingatnya.

Untuk mencari suasana baru saya memutuskan untuk pindah tempat kerja di sekolah. Dilihat dari pendidikan dan pengalaman sebagai psikolog sangat cocok kerja di sekolah. Selama bekerja di sekolah saya merasa tenang, terutama dalam beribadah dan banyak belajar tentang Islam dari teman-teman yang lebih ahli.

Rata-rata teman saya di sekolah guru-gurunya perempuan. Di situlah dengan yakin saya berikrar “Ada dua perempuan yang tidak ingin saya temui, pertama, perempuan kelahiran Jakarta (karena mantan pacar saya kelahiran Jakarta) kedua, perempuan bernama Erlina (karena nama mantan pacar saya Erlina)” Bukan apa-apa sih hanya tidak ingin mengingat dia lagi saja.

Tapi apa yang terjadi? Setelah berjalan satu tahun bekerja ternyata di sekolah ada ibu guru baru, dia itu kelahiran Jakarta. Satu tahun kemudian di sekolah ada tata usaha baru bernama Erlina. Hehehe…..Subhanallah, adaaa saja caranya Allah menghibur saya.



HEBATNYA ISTIGHFAR
Katika masih sekolah di Madrasah Aliyah saya tinggal di pesantren. Sedangkan urusan makan saya membayar tersendiri yang tidak digabung dengan administrasi pesantren. Gak enaknya kalau kiriman dari orangtua telat karena terhambat transportasi. Akses perbankan ke pesantren saat itu tidak selancar sekarang.

Saat itu saya masih duduk di kelas I MA. Entah kenapa kok tumben-tumbennya kiriman dari kampung telat hampir satu minggu. Ibu yang mengurus makan bolak-balik nanya. Sehingga setiap waktunya makan saya merasa sangat gak enak. Coba saja bayangkan setiap waktu makan selalu ditanya. Jadi tiga kali dalam sehari pertanyaannya itu-itu saja. Kalau gak terpaksa gak mungkin saya makan.

Karena sudah gak tahan, akhirnya saya memutuskan tidak mau makan dulu sampai kiriman datang. Saya pun gak tahu berapa hari lagi kiriman akan datang. Saat makan siang teman-teman pada berangkat makan. Saya tetap teguh pada pendirian karena malu ditanya lagi. Selesai shalat zuhur saya gak beranjak dari masjid. Bacaan istighfar tak henti-hentinya saya baca.

Setelah dirasa cukup lama, saya keluar dari masjid. Tiba-tiba ada teman memanggil “Syaltut ayo makan yuk” ajaknya serius. “Iya terima kasih…” jawabku entang. Temanku malah menarik tanganku sambil setengah memaksa “Ayo lah…aku lg ada rezeki nih kita makan di warung.” Ajaknya sambil senyum-senyum. Subhanallah….adaaa saja caranya Allah menghibur saya.

Tak cukup sampai di situ, setelah shalat isya saya bingung lagi. “Kira-kira ada teman yang ngajak makan lagi tidak ya?” Lagi-lagi saya saya memutuskan untuk zikir di masjid. Bacaan istighfar dibaca berkali-kali. Tak disangka-sangka tiba-tiba ada teman mencari-cari saya. “Ke mana saja, saya cari-cari dari tadi” ucapnya dengan perasaan legah. “Emang ada apa? Tanyaku penasaran. “Kamu dapat kiriman duit yang membawa teman sedaerahmu anak cewek, sekarang kamu ambil ke asrama putri.”ujarnya sambil menarik lenganku. Subhanallah….Walhamdulilllah…..Walailahaillallahu Wallahuakbar.



NOSTALGIA DI AWAL TAHUN 2009 LALU
Ini kisah menjelang tahun baru 2009. Saat peringatan tahun baru 2009 setahun lalu saya dapat job manggung main band. Acara selesai sekitar pukul 02.00 WIB. Selesai manggung saya harus mengantar pulang teman naik motor. Ketika itu mata benar-benar ngantuk. Badan juga terasa capek. Usai mengantar teman, saya cepat-cepat tancap gas motor. "Huh...betapa enaknya kalau badan ini langsung dihempaskan ke tempat tidur." begitu yang ada dalam pikiran saya.

Dalam perjalanan pulang di tengah malam buta tersebut jalanan benar-benar sepi. Apa lagi jalan yang dilewati juga gelap. Di belakang saya kok terdengar suara anak kecil (kira-kira masih duduk di bangku kelas I SMP) yang juga naik motor memanggil-manggil. "Om...om...bisa minta tolong."suaranya dengan ekspresi wajah kebingungan. "Ada apa dik...."jawabku sambil menghentikan motor.

Dengan suara sedikit gemetar anak tersebut meminta tolong. "Om...di mana ya pom bensin yang dekat sini?" tanyanya. Akhirnya saya tunjukkan. Tapi anak tersebut masih diam dan gak mau menjalankan motornya. Kemudian dia mengambil STNK dari dompetnya sambil berkata "Om...apa bisa ya STNK ini digadaikan untuk beli bensin?" tanyanya masih dengan suara terbata-bata. Saya sangat terperanjat mendengarnya. Apalagi di tengah jalan sepi dan gelap. "Untuk apa dik digadaikan, lagian sayang kan kalau STNK digadaikan? tanyaku." sambil kulanjutkan dengan pertanyaan "Gini aja...adik hanya butuh beli bensin kan?" tanyaku masih panasaran.

Dengan ekspresi wajah agak tenang anak kecil tersebut berkata "Iya om...saya kuatir bensin motor saya gak cukup untuk pulang, kan rumah saya jauh, padahal saya bisa sampai ke sini karena disuruh ibu mencari kakak saya tapi belum ketemu, dan saya mau pulang saja."ujarnya menjelaskan. Akhirnya saya keluarkan dompet. "Adik tidak usai menggadaikan STNK segala, nih om kasih duit untuk beli bensin, isi sampai penuh."kataku sambil menyodorkan uang. Dengan senang hati anak tersebut bergegas ke pom bensin sambil mengucapkan terim kasih. Sepeda motornya meluncur menuju pom bensini menelusuri kegelapan malam. Saya juga gak memperhatikan ke mana anak tersebut perginya.

Esoknya, orang yang punya acara memannggil saya untuk memberi honor manggung. Ternyata teman-teman satu grup saya juga sudah hadir. Setelah honor dibagi satu persatu. Gak disangka-sangka orang yang punya hajatan tersebut mendekati saya dan menyalami sebuah amplop. "Bang....ini untuk abang saya tambah, gak usah bilang-bilang ke teman-temannya, karena hanya abang yang saya kasih lebih."ujarnya setengah berbisik. Subhanallah...adaaaa saja caranya Allah menghibur saya.

Kejadian itu sudah berlalu setahun lalu. Tapi yang lebih menggembirakan, tepatnya di penghujung tahun 2009 (menjelang tahun 2010) Alhamdulillah saya mendapat rezeki memiliki studio musik untuk rental dan entertainment. Subhanallah.....sungguh sangat-sangat mudah caranya Allah mengibur saya dalam permainan dunia ini.



BERKAH KERUPUK PAK TUA

Saya pulang kerja jam 4 sore. Kadang langsung pulang, tapi juga lebih banyak masih ada keperluan ke tempat lain. Biasanya saya suka refreshing pergi ke Batu Aji, tidak jauh atau sekitar 3 kilo jaraknya dari tempat kerja. Perjalanan bisa ditempuh kira-kira 15 menit naik motor. Di Batu Aji ada tempat penjualan barang-barang second asal Singapura. Lumayan untuk dijadikan tempat refresing. Sasaran saya biasanya barang-barang antik dan unik. Baik elektronik, mainan, souvenir, atau puzle dan instrumen untuk psikotes.

Sore itu kupacu motor agak santai. Saya lewat jalan motong tapi kawasannya masih ramai lalu-lalang kendaraan. Di perjalanan saya melihat bapak penjual kerupuk dan tapai pikul. Langkahnya gontai. Badannya sudah terlihat bungkuk. Nampak sekali kelelalahan di tubuhnya. Kuperhatikan pak tua tersebut langkahnya. Persaan saya benar-benar iba melihat langkahnya. Lama-lama gak tahan juga. Akhirnya kuputuskan membeli kerupuk. Jujur saja, saat itu saya gak minat membeli kerupuk. Langkah pak tua sudah semakin jauh. Terpaksa saya harus mencarinya di antara lorong-lorong ruko di pinggir jalan. Alhamdulillah, akhirnya saya bisa melihatnya. "Pak.....beli kerupuknya." sapaku sambil kuhentikan motor. Saya membeli satu kantong kerupuk besar dan tiga bungkus tapai ketan hitam.

Setelah dibayar aku jalankan motor. Lumayan problem juga, karena saya ke Batu Aji harus menenteng karupuk dengan bungkus yang agak besar. Agar bungkusannya agak kecil, aku makan beberapa kerupuk. "Hah...lumayan berkurang isisnya."pikirku. Seandainya bisa kuhabsikan seluruh kerupuk itu, pasti sudah aku makan. Tapi, gak mungkin karena aku tidak begitu berselera dengan rasa kerupuknya.

Aku putuskan kerupuk tersebut akan dibawa pulang. Saat cari-cari barang second di Batu Aji saya masih menenteng kerupuk. Lumayan merepotkan juga, karena tidak dibungkus kantong kresek. Haha....geli juga saat menentengnya. Biasa, pulang kerja saya mampir ke rumah adik di kawasan Batam Centre. Begitu sampai, saya langsung ngeloyor ke dapur mau meletakkan kerupuk yang saya beli. Betapa terkejutnya, ternyata di meja makan ada kerupuk ikan asli dari kampung saya yang rasanya benar-benar sedap. Kerupuk yang saya beli langsung dimasukkan ke toples dan cukup memakan kerupuk ikan kesukaan saya. Subhanalla...adaaa saja caranya Allah menghibur saya.



BARU NIAT SEDEKAH SUDAH DIGANTI

Persitiwa ini terjadi saat saya masih menjadi jurnalis di sebuah koran harian di Batam. Setelah jadi redaktur, pekerjaan jadi lebih santai. Ada pikiran untuk mnerangkap kerja di tempat lain. Setiap sore saya biasa pulang dulu untuk istirahat. Malamnya bari ke kantor lagi menyelesaikan berita. Ketika pulang naik motor, kok saya mendengar anak kecil memanggil. Ketika berpaling, ternyata ada anak usia SD (sekitar kls III) dengan memakai seragam olahraga sekolah.

Motor aku belokkan menuju ke anak kecil tersebut. "Om...boleh minta tumpangan pulang." tanyanya dengan ekspresi wajah mengharap. "Ayo naik aja, emang mau pulang ke mana?" tanyaku. Anak tersebut menyebutkan alamat rumahnya. Di atas motor anak tersebut bercerita kalau dia setiap hari untuk berangkat dan pulang sekolah harus mencari tumpangan. "Bapak dan ibu saya kan gak punya duit om, jadi setiap hari harus numpang ke orang." ceritanya dengan nada polos.

Padahal jarak rumah dia ke sekolahnya sekitar 10 KM lho! "Jadi adik, setiap haris cari tumapnagn gini? kalau gak dapat tumpangan bagaiman kan rumahnya jauh...?" tanyaku makin penasaran. Dengan tegas anak tersebut menjawab "Setiap hari ada saja kok om yang ngasih tumpangan." jawabnya lagi-lagi dengan nada polos. Perasaanku sangat tersentuh. "Luar biasa anak ini!!" dalam hati masih dengan perasaan iba.

Kami terus saja ngobrol. Dia juga cerita kalau belum makan karena orangtuanya tidak punya duit untuk menyediakan sarapan. Tapi anehnya anak tersebut tidak mau terlalu dikasihani terlalu berlebihan. Misalnya ketika saya ajak makan, dia malah menolaknya. Perjalanan sudah semakin jauh, tiba-tiba anak tersebut minta turun. "Lho...kan alamat rumah adik masuh jauh? kenapa mau turun di sini?" tanyaku sambil kuhentikan motor. "Gak apa-apa om...turun di sini saja, kasihan om...rumah saya masih jauh dan jalannya jelek."jawabnya bijak.

Tapi saya makin penasaran..."Lho...gak apa-apa biar om antar, dan lagian kalau adik turun di sini berarti harus mencari tumpangan lagi kan?" jelasku dengan tegas. Tapi anak tersebut tetap gak ingin diantar sampai ke rumahnya. "Ya sudah...ini uang untuk adik." kataku sambil menyodorkan uang dengan jumlah yang tidak begitu banyak. Anak kecil tersebut malah menolaknya. "Gak usah om...terima kasih." jewabnya masih dengan suara polos. "Ayo ambil saja, kan adik belum makan."sahutku.

Dengan sedikit ragu anak kecil tersebut megambilnya, tapi masih sempat berkata. "Om...uang ini untuk ibu ya om, juga untuk ongkos ke sekolah nanti," sahutnya dengan suara lembut dan nada yang benar-benar polos. Sambil tersenyum haru saya mengiyakan. "Iya...boleh dik."sahutku sambil memandangi tatap mata polosnya.

Dalam waktu sekitar tiga bulan, sudah tiga kali saya berjumpa dengan peristiwa seperti itu. Hanya tempat dan anaknya yang berbeda. Saat itu saya berpikir, sebaiknya saya harus mencari kerja di sekolah sambil merangkap di media sebagai jurnalis. Saat itu saya bernazar, kalau diterima berkerja di sekolah maka saya akan sedekahkan seluruh gaji pertama, dan dalam tiga bulan gaji saya juga untuk disedekahkan.

Singkat cerita, akhirnya diterima di sebuah sekolah Islam. Tanpa basi-basi dan dengan bismillah saya terima dengan senang hati. Tidak hanya itu, manajemen yayasan juga memperbolehkan saya tetap merangkap kerja di media. Gaji selama training disepakati 1 juta. Tantu gak keberatan. Memang saya tidak mempermasahkan berapa pun gaji yang ditawarkan. "Dan lagi gaji itu untuk disedehkan kok." pikirku enteng. Sebelum satu bulan bekerja. Saya malam-malam ada undangan ke Vista Hotel Batam. Pulang dari acara mendapat amplop. Ternyata, isi amplopnya pas 1 juta !! Subhanallah....adaaaa saja caranya Allah menghibur saya. Sebelum gaji disedehkan malah sudah diganti duluan.

Ternyata tidak cukup di situ. Uang saya yang tertahan di kantor akhirnya cair juga secara bertahap. Gak tanggung-tanggung setelah dihitung ternyata jumlahnya sekitar 14 juta rupiah. Dalam waktu tiga bulan seluruh uang tersebut sudah saya terima. Subhanallah....Alhamdulillah....Allahuakbar.




Insya Allah akan saya tulis kejadian-kejadian lainnya sebagai bahan muhasabah bagi saya. Tentunya semua orang memiliki pengalaman yang tak kalah seru dari saya. Allah maha besar, bijak, mengerti apa yang hambanya butuhkan. Jangan sampai meragukan itu !!














Selanjutnya......