Kamis, 07 Mei 2009

Alhamdulillah dan Astaghfirullah

(Catatan lepas Mahmud Syaltut Usfa)

Perjalanan nasib seseorang memang tidak bisa ditentukan. Kadang sudah berusaha keras meraih kesuksesasan, tapi kenyataannya malah biasa-biasa saja. Namun, ada yang sebaliknya usahanya biasa-biasa saja tapi malah nasib berpihak baik padanya. Begitu juga dalam karir. Ada orang yang mati-matian ingin meraih jabatan tertentu eh...malah tidak kesampaian.

Secara pandangan agama, jabatan itu adalah amanah. Tanggung jawabnya besar. Tidak hanya kepada bawahan dan atasannya, tetapi juga kepada Allah. Makanya tuh...hati-hati saat mendapat jabatan.

Sayyidinah Umar bin Khattab salah satu sahabat nabi memandang jabatan itu tidak hanya sebagai amanah tetapi juga musibah. Makanya, ketika dia dipercaya menjadi khalifah, Umar bin Khattab malah mengatakan Astaghfirullah. Hebatnya, kalimat tersebut tidak sekadar ucapan basa-basi tapi betul-betul dijaga.

Dalam kepemimpinannya beliau tidak pernah mencampur adukkan antara urusan negara dengan urusan pribadi. Boro-boro mau korupsi, menggunakan fasilitas negara saja sangat anti dilakukan. Beliau betul-betul pemimpin yang amanah dan bersahaja. Ucapan Astaghfirullah betul-betul terpantri dalam hatinya sehingga sangat sulit melakukan penyimpangan dari jabatannya.

Saat ini saya pribadi sangat bingung ketika dipercaya menjadi pimpinan. Mau mengatakan Alhamdulillah nanti dikira merasa girang karena jabatan tersebut. Tapi mau mengatakan Astaghfirullah malah kuatir dikira tidak bersyukur. Wah.....bisa-bisa bos yang memberi kepercayaan tersinggung.

Sebenarnya tidak begitu menjadi dilematis. Kita bisa saja cuek. Buktinya banyak orang yang meraih jabatan tertentu malah pakai selamatan besar-besaran, atau merayakan dengan pesta meriah.

Saya jadi teringat dengan kisah juragan kaya dengan kuda pacuannya. Suatu hari sang juragan mencari kuda pacuan yang tercepat. Berbagai perkampungan ditelusuri. Sampai ke pelosok-pelosok desa. Ketika tiba di perkampungan yang sangat jauh dari kota, akhirnya dia bertemu dengan pemilik kuda yang konon kudanya sangat cepat larinya.

”Benar Anda pemilik kuda pacu yang kata orang-orang di sini sangat cepat larinya.” tanya sang juragan. ”Betul tuan, apakah tuan bermaksud membelinya?” kata sang pemilik kuda. ”Oh tentu, berapa saja harganya akan saya bayar asalkan kudanya betul-betul hebat.” jawabnya lagi dengan nada menantang. Mendapat tantangan seperti itu, si pemillik kuda langsung mempersilahkan sang juragan mencobanya.

”Silahkan tuan coba dulu, tapi hati-hati karena kuda ini sangat kencang larinya.” ujar pemilik kuda. Kemudian dengan perasaan penasaran sang juragan mencoba kuda pacuan tersebut. Tapi, aneh...kuda jantan itu tak mau berlari dan hanya diam saja. ”Eh...ini bagaimana kok gak mau lari?” tanya sang juragan dengan nada heran dan suara keras. Tenang saja tuan, kuda ini baru akan lari kalau yang menunggang mengucapkan alhamdulillah.” jelas si pemilik kuda sambil senyum-senyum. ”Oooo....betul begitu ya?!!” sahut sang juragan masih dengan nada heran.

Langsung saja sang juragan mengucapkan ”Alhamdulillah”. Oo...ternyata betul, kudanya langsung berlari. ”Ayo tuan berteriak lagi makin kuat, makin kuat berteriak ”Alhamdulillah” kudanya akan makin kencang berlari.” teriak si pemiliki kuda kepada sang juragan. Benar, sang juragan makin kuat berteriak dan kuda itu semakin kencang juga larinya.

Tapi, ketika mau berhenti sang juragan bingung bagaimana caranya, karena kudanya tak mau berhenti. ”He...bagaimana cara menghentikan lari kuda ini.” teriak sang juragan kepada si pemilik kuda. ”Gampang tuan, cukup mengucapkan ”Astaghfirullah” pasti kuda itu berhenti.” jawabnya setengah berteriak.

Ternyata benar , begitu sang juragan mengucapkan ”Astaghfirullah” kuda tersebut langsung berhenti. ”Wah...betul-betul kuda hebat, saya langsung beli.” ucap sang juragan kepada si pemilik kuda tanpa tawar menawar harga lagi.

Singkat cerita, ketika lomba pacuan kuda sang juragan dengan bangga memamerkan kuda jagoannya. Dia sangat yakin kalau kudanya akan menang. Ketika lomba dimulai dia tenang-tenang saja. Aba-aba pun dimulai tapi sang juragan masih santai dan tak mau menyuruh kudanya lari. Padahal kuda-kuda saingannya sudah berlari duluan.

Setelah kuda-kuda lainnya berlari agak jauh baru sang juragan berteriak “Alhamdulillah”. Kuda tersebut langsung lari melesat. Sampai-sampai kuda-kuda saingannya ketinggalan jauh. Saking girangnya, sang juragan lupa mau menghentikan kudanya.

Hingga akhirnya kudanya lari melampaui arena lomba dan berada di lokasi bebukitan dan jurang. Sang juragan panik setengah mati. Untung, dia ingat cara menghentikan kudanya. Langsung dia berterika ”Astaghfirullah” dan langsung kudanya berhenti tepat di tepi jurang.

Merasa selamat dari musibah dan dengan perasaan lega pula sang juragan tak sadar mengatakan ”Alhamdulillah” sambil mengelus-ngelus dadanya. Mendengar juragannya mengatakan Alhamdulillah langsung kudanya berlari. Celaka....keduanya masuk jurang dan mati !!.

Alhamdulillah dan Astgahfirullah adalah kalimat yang bagus. Tapi apabila salah menempatkan akan membuat celaka. Sekarang bergantung Anda kapan saatnya mengatakan kalimat bersyukur dan kalimat mohon ampunan Allah tersebut. Ketika Anda dipercaya menjadi pemimpin, silahkan mau mengucapkan apa.




Tidak ada komentar: