Sabtu, 16 Januari 2010

ULAMA SUFI DAN POHON BERDURI

(Catatan lepas Mahmud Syaltut Usfa)

Seorang ulama sufi sedang berjalan dengan salah seorang muridnya. Di perjalanan mereka melewari pohon berduri yang masih kecil. Kemudian, sang sufi mencabut satu persatu pohon berduri tersebut di sepanjang perjalanan. Melihat yang dilakukan gurunya, si murid merasa heran. Kemudian bertanya kepada gurunya. “Guru, kenapa mencabut pohon-pohon yang masih kecil ini, apakah tidak kasihan.” Tanyanya dengan nada heran. “Karena pohon ini berduri.” Jawabnya singkat.

Si murid masih penasaran. “Tapi guru…bukankah pohon yang masih kecil ini tidak membahayakan?” tanyanya lagi. Dengan tenang gurunya menjawab “Pohon ini memang tidak berbahaya karena masih kecil, tapi kalau sudah besar bisa berbahaya dan mencelakakan orang-orang yang lewat, oleh karena itu harus dicabut dari sekarang, sebab apabila sudah besar sangat sulit dicabut.” Ujarnya sembari melanjutkan. “Begitu juga hati, apabila ada duri sekecil apapun harus dicabut. Jika duri tersebut dibiarkan maka akan makin besar dan sulit dibersihkan, akibatnya akan mencelakan dirinya dan orang lain.” Jelas sang guru bijak. Mendengar penjalasan gurunya membuat murid tersebut tertegun tanpa sepatah kata lagi.

Duri di badan gampang dirasakan begitu sadar ada duri langsung bisa dicabut Tapi duri di hati kadang tidak sempat dikenali. Lebih ironis lagi, sudah tahu hatinya ada duri tapi tidak mau membersihkannya Bahkan, ketika diingatkan malah membuatnya marah.

Rasa benci, sombong, iri, dengki, pemarah, tidak mau memaafkan, dan sejenisnya adalah duri-duri hati yang sangat umum. Mudah dikenali, dirasakan, dan disadari. Sekalipun disadari, tapi hati kadang senang memeliharanya. Anehnya lagi, sekalipun sudah ada peringatan, mengalami peristiwa yang disebabkan duri di hatinya, tapi tetap tidak mau mencabutnya.

Introspeksi dan menjaga kelembutan hati adalah salah satu cara bijak dalam membersihkan hati dari duri-durinya. Membersihkan sedari kecil adalah keharusan agar tidak sampai tumbuh besar. Kita adalah tempat hilaf, salah dan dosa. Tetapi dengan menyadari dan memperbaikinya terus menerus, insya Allah kita menjadi orang-orang yang memiliki hati bersih dari berbagai macam duri.














Tidak ada komentar: