Minggu, 10 Januari 2010

Pernak-pernik Manajemen Qalbu

PERPISAHAN CUKUP SIKAPI SEWAJARNYA
Pada Hari Senin, 26 Des 2009 perasaanku merasa sedih. Karena tiga orang teman saya di tempat kerja harus resign. Saya tahunya cukup mendadak juga. Bahkan ada yang baru sekitar tiga bulan bekerja harus berpisah.
Apa boleh buat, sudah menjadi keputusan yang tidak bisa diutak-atik lagi. Hati saya juga merasa kehilangan. Rasanya hati terhimpit karena harus berpisah. Daripada terus menerus merasa sedih dan bisa-bisa meneteskan air mata (hik3s...huh kok malah melankolis nih). Akhirnya saya memutuskan pulang untuk menenangkan pikiran.

Dalam perjalanan pulang pikiran dan perasaanku masih tidak tenang. Kenapa harus berpisah dengan teman-teman secepat itu? Itu terus yang menjadi pertanyaan. Tak terasa sudah mau sampai rumah, tiba-tiba terdengar bunyi sirine ambulan. Oo…ternyata ada mobil jenazah lewat beserta iring-iringan kendaraan pelayat. Pikiranku langsung tersentak “Ya Allah orang-orang itu berpisah selamanya, sedangkan saya hanya berpisah jarak, kenapa harus larut dalam kesedihan”. Subhanallah…adaaa saja caranya Allah menghibur saya !!



PIZZA DAN SEDEKAH
Walaupun sudah putus tapi pacar saya kadang masih komunikasi. Saya kadang enggan membalasnya karena sudah punya kehidupan masing-masing. Alhamdulillah sekarang sudah tidak ada komunikasi lagi. Sore itu saya naik motor ada urusan ke teman, tiba-tiba HP saya berdering pertanda ada SMS masuk. Motor kuberhentikan sejenak dan ternyata ada SMS dari mantan pacar saya di Jakarta.

Isinya begini “Abang lg ngapain? Ade lg beli pizza nih enak banget”. Akhirnya aku balas sebentar “Wah pasti sedap tuh….makan yg lahap ya de, abang lg di jalan”. Malam-malam setelah urusan selesai aku pulang ke rumah adik. Di jalan aku masih sempatkan bersedekah ke anak jalanan.

Sampai di rumah adik, gak disangka-sangka adik saya bilang “Di dapur ada pizza tadi sore saya beli, habiskan saja semua karena yang lain sudah makan”. Subhanallah….adaaa saja caranya Allah menghibur saya. Saya SMS ke mantan pacar sambil bercanda “Terima kasih ya de atas pizzanya, nih abang lg makan hehe”. Kontan saja dia kaget apa maksudnya. Setelah saya jelaskan malah dia makin kaget “Kok bisa ya bang” balasnya dalam SMS.



JANGAN COBA-COBA MENANTANG TAKDIR
Masih kisah dengan mantan pacar nih. Berpisah dengan orang yang dicintai pasti sedihnya minta ampun. Saat awal-awal putus hati terasa hampa (ih…kayak lagu aja ya!! sekarang sudah terhapus). Saat itu berbagai cara saya lakukan agar tenang dan bisa melupakan dia. Alhamdulillah akhirnya sekarang malah gak berselera mengingatnya.

Untuk mencari suasana baru saya memutuskan untuk pindah tempat kerja di sekolah. Dilihat dari pendidikan dan pengalaman sebagai psikolog sangat cocok kerja di sekolah. Selama bekerja di sekolah saya merasa tenang, terutama dalam beribadah dan banyak belajar tentang Islam dari teman-teman yang lebih ahli.

Rata-rata teman saya di sekolah guru-gurunya perempuan. Di situlah dengan yakin saya berikrar “Ada dua perempuan yang tidak ingin saya temui, pertama, perempuan kelahiran Jakarta (karena mantan pacar saya kelahiran Jakarta) kedua, perempuan bernama Erlina (karena nama mantan pacar saya Erlina)” Bukan apa-apa sih hanya tidak ingin mengingat dia lagi saja.

Tapi apa yang terjadi? Setelah berjalan satu tahun bekerja ternyata di sekolah ada ibu guru baru, dia itu kelahiran Jakarta. Satu tahun kemudian di sekolah ada tata usaha baru bernama Erlina. Hehehe…..Subhanallah, adaaa saja caranya Allah menghibur saya.



HEBATNYA ISTIGHFAR
Katika masih sekolah di Madrasah Aliyah saya tinggal di pesantren. Sedangkan urusan makan saya membayar tersendiri yang tidak digabung dengan administrasi pesantren. Gak enaknya kalau kiriman dari orangtua telat karena terhambat transportasi. Akses perbankan ke pesantren saat itu tidak selancar sekarang.

Saat itu saya masih duduk di kelas I MA. Entah kenapa kok tumben-tumbennya kiriman dari kampung telat hampir satu minggu. Ibu yang mengurus makan bolak-balik nanya. Sehingga setiap waktunya makan saya merasa sangat gak enak. Coba saja bayangkan setiap waktu makan selalu ditanya. Jadi tiga kali dalam sehari pertanyaannya itu-itu saja. Kalau gak terpaksa gak mungkin saya makan.

Karena sudah gak tahan, akhirnya saya memutuskan tidak mau makan dulu sampai kiriman datang. Saya pun gak tahu berapa hari lagi kiriman akan datang. Saat makan siang teman-teman pada berangkat makan. Saya tetap teguh pada pendirian karena malu ditanya lagi. Selesai shalat zuhur saya gak beranjak dari masjid. Bacaan istighfar tak henti-hentinya saya baca.

Setelah dirasa cukup lama, saya keluar dari masjid. Tiba-tiba ada teman memanggil “Syaltut ayo makan yuk” ajaknya serius. “Iya terima kasih…” jawabku entang. Temanku malah menarik tanganku sambil setengah memaksa “Ayo lah…aku lg ada rezeki nih kita makan di warung.” Ajaknya sambil senyum-senyum. Subhanallah….adaaa saja caranya Allah menghibur saya.

Tak cukup sampai di situ, setelah shalat isya saya bingung lagi. “Kira-kira ada teman yang ngajak makan lagi tidak ya?” Lagi-lagi saya saya memutuskan untuk zikir di masjid. Bacaan istighfar dibaca berkali-kali. Tak disangka-sangka tiba-tiba ada teman mencari-cari saya. “Ke mana saja, saya cari-cari dari tadi” ucapnya dengan perasaan legah. “Emang ada apa? Tanyaku penasaran. “Kamu dapat kiriman duit yang membawa teman sedaerahmu anak cewek, sekarang kamu ambil ke asrama putri.”ujarnya sambil menarik lenganku. Subhanallah….Walhamdulilllah…..Walailahaillallahu Wallahuakbar.



NOSTALGIA DI AWAL TAHUN 2009 LALU
Ini kisah menjelang tahun baru 2009. Saat peringatan tahun baru 2009 setahun lalu saya dapat job manggung main band. Acara selesai sekitar pukul 02.00 WIB. Selesai manggung saya harus mengantar pulang teman naik motor. Ketika itu mata benar-benar ngantuk. Badan juga terasa capek. Usai mengantar teman, saya cepat-cepat tancap gas motor. "Huh...betapa enaknya kalau badan ini langsung dihempaskan ke tempat tidur." begitu yang ada dalam pikiran saya.

Dalam perjalanan pulang di tengah malam buta tersebut jalanan benar-benar sepi. Apa lagi jalan yang dilewati juga gelap. Di belakang saya kok terdengar suara anak kecil (kira-kira masih duduk di bangku kelas I SMP) yang juga naik motor memanggil-manggil. "Om...om...bisa minta tolong."suaranya dengan ekspresi wajah kebingungan. "Ada apa dik...."jawabku sambil menghentikan motor.

Dengan suara sedikit gemetar anak tersebut meminta tolong. "Om...di mana ya pom bensin yang dekat sini?" tanyanya. Akhirnya saya tunjukkan. Tapi anak tersebut masih diam dan gak mau menjalankan motornya. Kemudian dia mengambil STNK dari dompetnya sambil berkata "Om...apa bisa ya STNK ini digadaikan untuk beli bensin?" tanyanya masih dengan suara terbata-bata. Saya sangat terperanjat mendengarnya. Apalagi di tengah jalan sepi dan gelap. "Untuk apa dik digadaikan, lagian sayang kan kalau STNK digadaikan? tanyaku." sambil kulanjutkan dengan pertanyaan "Gini aja...adik hanya butuh beli bensin kan?" tanyaku masih panasaran.

Dengan ekspresi wajah agak tenang anak kecil tersebut berkata "Iya om...saya kuatir bensin motor saya gak cukup untuk pulang, kan rumah saya jauh, padahal saya bisa sampai ke sini karena disuruh ibu mencari kakak saya tapi belum ketemu, dan saya mau pulang saja."ujarnya menjelaskan. Akhirnya saya keluarkan dompet. "Adik tidak usai menggadaikan STNK segala, nih om kasih duit untuk beli bensin, isi sampai penuh."kataku sambil menyodorkan uang. Dengan senang hati anak tersebut bergegas ke pom bensin sambil mengucapkan terim kasih. Sepeda motornya meluncur menuju pom bensini menelusuri kegelapan malam. Saya juga gak memperhatikan ke mana anak tersebut perginya.

Esoknya, orang yang punya acara memannggil saya untuk memberi honor manggung. Ternyata teman-teman satu grup saya juga sudah hadir. Setelah honor dibagi satu persatu. Gak disangka-sangka orang yang punya hajatan tersebut mendekati saya dan menyalami sebuah amplop. "Bang....ini untuk abang saya tambah, gak usah bilang-bilang ke teman-temannya, karena hanya abang yang saya kasih lebih."ujarnya setengah berbisik. Subhanallah...adaaaa saja caranya Allah menghibur saya.

Kejadian itu sudah berlalu setahun lalu. Tapi yang lebih menggembirakan, tepatnya di penghujung tahun 2009 (menjelang tahun 2010) Alhamdulillah saya mendapat rezeki memiliki studio musik untuk rental dan entertainment. Subhanallah.....sungguh sangat-sangat mudah caranya Allah mengibur saya dalam permainan dunia ini.



BERKAH KERUPUK PAK TUA

Saya pulang kerja jam 4 sore. Kadang langsung pulang, tapi juga lebih banyak masih ada keperluan ke tempat lain. Biasanya saya suka refreshing pergi ke Batu Aji, tidak jauh atau sekitar 3 kilo jaraknya dari tempat kerja. Perjalanan bisa ditempuh kira-kira 15 menit naik motor. Di Batu Aji ada tempat penjualan barang-barang second asal Singapura. Lumayan untuk dijadikan tempat refresing. Sasaran saya biasanya barang-barang antik dan unik. Baik elektronik, mainan, souvenir, atau puzle dan instrumen untuk psikotes.

Sore itu kupacu motor agak santai. Saya lewat jalan motong tapi kawasannya masih ramai lalu-lalang kendaraan. Di perjalanan saya melihat bapak penjual kerupuk dan tapai pikul. Langkahnya gontai. Badannya sudah terlihat bungkuk. Nampak sekali kelelalahan di tubuhnya. Kuperhatikan pak tua tersebut langkahnya. Persaan saya benar-benar iba melihat langkahnya. Lama-lama gak tahan juga. Akhirnya kuputuskan membeli kerupuk. Jujur saja, saat itu saya gak minat membeli kerupuk. Langkah pak tua sudah semakin jauh. Terpaksa saya harus mencarinya di antara lorong-lorong ruko di pinggir jalan. Alhamdulillah, akhirnya saya bisa melihatnya. "Pak.....beli kerupuknya." sapaku sambil kuhentikan motor. Saya membeli satu kantong kerupuk besar dan tiga bungkus tapai ketan hitam.

Setelah dibayar aku jalankan motor. Lumayan problem juga, karena saya ke Batu Aji harus menenteng karupuk dengan bungkus yang agak besar. Agar bungkusannya agak kecil, aku makan beberapa kerupuk. "Hah...lumayan berkurang isisnya."pikirku. Seandainya bisa kuhabsikan seluruh kerupuk itu, pasti sudah aku makan. Tapi, gak mungkin karena aku tidak begitu berselera dengan rasa kerupuknya.

Aku putuskan kerupuk tersebut akan dibawa pulang. Saat cari-cari barang second di Batu Aji saya masih menenteng kerupuk. Lumayan merepotkan juga, karena tidak dibungkus kantong kresek. Haha....geli juga saat menentengnya. Biasa, pulang kerja saya mampir ke rumah adik di kawasan Batam Centre. Begitu sampai, saya langsung ngeloyor ke dapur mau meletakkan kerupuk yang saya beli. Betapa terkejutnya, ternyata di meja makan ada kerupuk ikan asli dari kampung saya yang rasanya benar-benar sedap. Kerupuk yang saya beli langsung dimasukkan ke toples dan cukup memakan kerupuk ikan kesukaan saya. Subhanalla...adaaa saja caranya Allah menghibur saya.



BARU NIAT SEDEKAH SUDAH DIGANTI

Persitiwa ini terjadi saat saya masih menjadi jurnalis di sebuah koran harian di Batam. Setelah jadi redaktur, pekerjaan jadi lebih santai. Ada pikiran untuk mnerangkap kerja di tempat lain. Setiap sore saya biasa pulang dulu untuk istirahat. Malamnya bari ke kantor lagi menyelesaikan berita. Ketika pulang naik motor, kok saya mendengar anak kecil memanggil. Ketika berpaling, ternyata ada anak usia SD (sekitar kls III) dengan memakai seragam olahraga sekolah.

Motor aku belokkan menuju ke anak kecil tersebut. "Om...boleh minta tumpangan pulang." tanyanya dengan ekspresi wajah mengharap. "Ayo naik aja, emang mau pulang ke mana?" tanyaku. Anak tersebut menyebutkan alamat rumahnya. Di atas motor anak tersebut bercerita kalau dia setiap hari untuk berangkat dan pulang sekolah harus mencari tumpangan. "Bapak dan ibu saya kan gak punya duit om, jadi setiap hari harus numpang ke orang." ceritanya dengan nada polos.

Padahal jarak rumah dia ke sekolahnya sekitar 10 KM lho! "Jadi adik, setiap haris cari tumapnagn gini? kalau gak dapat tumpangan bagaiman kan rumahnya jauh...?" tanyaku makin penasaran. Dengan tegas anak tersebut menjawab "Setiap hari ada saja kok om yang ngasih tumpangan." jawabnya lagi-lagi dengan nada polos. Perasaanku sangat tersentuh. "Luar biasa anak ini!!" dalam hati masih dengan perasaan iba.

Kami terus saja ngobrol. Dia juga cerita kalau belum makan karena orangtuanya tidak punya duit untuk menyediakan sarapan. Tapi anehnya anak tersebut tidak mau terlalu dikasihani terlalu berlebihan. Misalnya ketika saya ajak makan, dia malah menolaknya. Perjalanan sudah semakin jauh, tiba-tiba anak tersebut minta turun. "Lho...kan alamat rumah adik masuh jauh? kenapa mau turun di sini?" tanyaku sambil kuhentikan motor. "Gak apa-apa om...turun di sini saja, kasihan om...rumah saya masih jauh dan jalannya jelek."jawabnya bijak.

Tapi saya makin penasaran..."Lho...gak apa-apa biar om antar, dan lagian kalau adik turun di sini berarti harus mencari tumpangan lagi kan?" jelasku dengan tegas. Tapi anak tersebut tetap gak ingin diantar sampai ke rumahnya. "Ya sudah...ini uang untuk adik." kataku sambil menyodorkan uang dengan jumlah yang tidak begitu banyak. Anak kecil tersebut malah menolaknya. "Gak usah om...terima kasih." jewabnya masih dengan suara polos. "Ayo ambil saja, kan adik belum makan."sahutku.

Dengan sedikit ragu anak kecil tersebut megambilnya, tapi masih sempat berkata. "Om...uang ini untuk ibu ya om, juga untuk ongkos ke sekolah nanti," sahutnya dengan suara lembut dan nada yang benar-benar polos. Sambil tersenyum haru saya mengiyakan. "Iya...boleh dik."sahutku sambil memandangi tatap mata polosnya.

Dalam waktu sekitar tiga bulan, sudah tiga kali saya berjumpa dengan peristiwa seperti itu. Hanya tempat dan anaknya yang berbeda. Saat itu saya berpikir, sebaiknya saya harus mencari kerja di sekolah sambil merangkap di media sebagai jurnalis. Saat itu saya bernazar, kalau diterima berkerja di sekolah maka saya akan sedekahkan seluruh gaji pertama, dan dalam tiga bulan gaji saya juga untuk disedekahkan.

Singkat cerita, akhirnya diterima di sebuah sekolah Islam. Tanpa basi-basi dan dengan bismillah saya terima dengan senang hati. Tidak hanya itu, manajemen yayasan juga memperbolehkan saya tetap merangkap kerja di media. Gaji selama training disepakati 1 juta. Tantu gak keberatan. Memang saya tidak mempermasahkan berapa pun gaji yang ditawarkan. "Dan lagi gaji itu untuk disedehkan kok." pikirku enteng. Sebelum satu bulan bekerja. Saya malam-malam ada undangan ke Vista Hotel Batam. Pulang dari acara mendapat amplop. Ternyata, isi amplopnya pas 1 juta !! Subhanallah....adaaaa saja caranya Allah menghibur saya. Sebelum gaji disedehkan malah sudah diganti duluan.

Ternyata tidak cukup di situ. Uang saya yang tertahan di kantor akhirnya cair juga secara bertahap. Gak tanggung-tanggung setelah dihitung ternyata jumlahnya sekitar 14 juta rupiah. Dalam waktu tiga bulan seluruh uang tersebut sudah saya terima. Subhanallah....Alhamdulillah....Allahuakbar.




Insya Allah akan saya tulis kejadian-kejadian lainnya sebagai bahan muhasabah bagi saya. Tentunya semua orang memiliki pengalaman yang tak kalah seru dari saya. Allah maha besar, bijak, mengerti apa yang hambanya butuhkan. Jangan sampai meragukan itu !!














Tidak ada komentar: