BICARALAH YANG MENARIK UNTUK ANDA CERITAKAN,SAYA AKAN BERUSAHA MEMAHAMI APA YANG ANDA RASAKAN
Diasuh langsung oleh: Mahmud Syaltut Usfa S,Psi
Konsultasi via email: t5okta@yahoo.com
BINGUNG ANTARA TEMAN DAN PACAR
Begini nih...aku kan sudah lama banget akrab sama cowok ..pokoknya kemana-mana aku selalu sama dia, habis anaknya itu pegertian dan dewasa banget, banyak guyon dan saya menyukai kepandaiannya..wah..dia itu is my hero.
Tapi aku hingga saat ini masih serba nanggung aku lagi pacaran sama dia atau tidak, dibilang pacaran kayaknya belum..kalau dibilang bukan pacar tapi kok seperti pacaran.
Kalau saya perhatiin rata-rata temen-temenku sama pacarnya kan pegang-pegangan segala bahkan terlihat mesra banget....kalau aku sih...memang sesekali ya..gimana ya...sering juga saya bermanja-manja dengan dia, tapi hanya sebatas itu aja.
Apakah kriteria orang pacaran itu harus mesra atau pakai pegang-pegangan segala...?
terus terang aku sekarang lagi bingung harus gimana ya...aku akui aku senang dan sayang banget sama dia...
Aku cemburu banget loh kalau dia lagi ngobrol atau lagi jalan sama cewek lain, tapi dia sih biasa kelihatannya aja.
Nah giamana sih setatus aku sama dia dan gimana supaya aku benar-benar pacaran sama dia...aku gak tahu caranya....?????
INA
Ina yang baik
Jadi Ina sekarang lagi bingung Ina lagi pacaran sama dia atau tidak..? padahal sudah akrab banget.
Begini Ina...sebetulnya jawabannya itu ada pada hati Ina dan teman cowok Ina sendiri sekalipun sudah sering berdua. Bahkan, teman-teman Ina menganggap lagi pacaran tapi hal itu bergantung komitmen anda berdua.
Kalau belum adanya komitmen maka seterusnya akan ngambang bahkan bisa juga menimbulan kebosanan, kebencian akibat kecemburuan yang selalu timbul karena komitmennya belum ada.
Sedikit saya singung pendapat Robert Stenbert dalam Triangguality Theory of Love bahwa cinta itu ada yag hanya sebatas companionate love dan juga ada yang sampai pada romantic love.
Companionate of love hanya sebatas pada cinta persahabat atau rasa mawaddah saja tanpa adanya tindak lanjut pada romantisme dan itu cendrung dipertahankan.
Akan tetapi ada yang sampai atau menginginkan pada romantic love karena dirasakan ada kecocokan dan takut kehilangan atau dimiliki orang lain .
Adapun komponen-komponen romantic love yaitu : intimacy, yaitu merupakan kedekatan dari adanya rasa senang dengan pasangannya, enak diajak sharing, bertanggung jawab pengertian dan kecocokan-kecocokan lainnya.
Yang kedua Passionate merupakan tahapan yang sudah mengarah pada munculnya kenikmatan-kenikmatan romanris pada fisik atau badaniah.
Seperti merasakan kenikmatan akan belaian, pelukan dan kenikmatan romantic lainnya artinya pada saat ini sudah menjurus kearah romantis atau asmara.
Adapun yang ketiga adalah Commitment merupak penegasan bahwa mereka sudah ada kesepakatan akan menjalin ikatan asmara atau pacaran yang nantinya menjurus pada ikatan masa depan hingga ke perkawinan.
Nah Ina sekarang sudah pada tahapan yang mana...? kalau Ina ingin menjalin atau meneruskan pada romantic love berarti harus ada komitmen sama dia.
Sebab kalau tidak ada komitmen yang pasti maka Ina tidak ada kepastian dan selalu menunggu.
Oleh karenanya apabila sudah dirasakan pas cepatlah membicarakan dengan teman Ina bahwa Ina ingin menjalin hubungan serius, carilah saat yang tepat untuk berkomunikasi.
Sebab bisa saja temen cowok Ina juga menunggu-nunggu waktu yang tepat, nah kalau tidak ada yang memulai akan bergantung dan hambar terus.
Bahkan bisa saja teman Ina akan menjalin hubungan yang serius atau pacaran dengan gadis lain dan itu dirasakannya sesuatu yang wajar karena sama Ina hanya sebatas sahabat saja.
Jadi orang pacaran atau tidak bukan ditentukan dari pegang-pegangan atau peluk-pelukan saja tapi yang terpenting adalah membangun komitmen.
Banyak loh dari mereka yang berbuat romantis seperti itu tapi bukan pacaran iya kan..? sebab komitmen itu merupakan tanggung jawab berdua dan rasa saling menjaga, percaya dan tidak menghianati ketulusan cinta.
Semoga Ina sukses dan ada keberanian untuk mengungkapkan komitmen dari ketulusan cinta Ina pada si dia.
__________________________________________________________________________
Sulitnya untuk Mengatakan Tidak
Sebelumnya saya perkenalkan kalau saat ini maish duduk di bangku SMA di Batam. Senang sekali saat ini bisa menyempatkan diri menulis untuk curhat langsung ke Rubrik ini.
Begini nih, dalam pergaulan kan ada saja masalah yang terkadang membuat sebel dan terkadang harus meregangkan persahabatan.
Padahal masalahnya sangat sepele, karena saya terlalu gampang mengatakan "iya" kalau diajak teman jalan-jalan. Padahal awalnya saya hanya menjawab "iya" karena sekadar saja dan tidak begitu serius.
Memang saya termasuk anak yang sungkan atau tidak enak mengatakan tidak sekalipun hati saya sebenarnya merasa tidak ada niat. Tetapi bukan berarti saya suka berbohong loh, melainkan bermaksuk ingin menolak secara halus saja.
Tetapi terkadang sama teman diartikan serius seolah saya telah membuat janji. Menurut saya sih antara berjanji dengan hanya mengiyakan berbeda. Kalau berjanji selalu saya tepati, kan kita tahu siapa sih yang suka dibohongi. Memang boleh gak sih mengatakan "iya" tetapi dengan maksuk menolak secara halus.
Harus diakui kalau dalam diri saya rasanya sangat berat untuk mengatakan "tidak" apalagi kalau hanya masalah ringan.
Artinya, awalnya saya memandang kalau pasti mampu mengerjakan pekerjaan yang ditawarkan. Namun kok terkadang ada saja masalah sehingga tidak bisa dikerjakan sesuai dengan rencana.
Mungkinkah saya ini termasuk anak yang gampang janji? Rasanya sangat sulit untuk mengatakan "tidak" dan biasanya tetap saya peksakan agar bisa menepati janji. Hanya yang membuat merasa sebel, kadang teman-teman mengartikan lain seolah saya telah ingkar janji.
Lantas siapa yang tidak jengkel kalau dipandang sebagai anak yang suka ingkar janji, apalagi saya seorang cewek. Please bagaimana agar masalah ini tidak terus terjadi berulang-ulang. Terima kasih atas segala perhatian dan sarannya yang selalu menenangkan perasaan.
Afni, Tiban
Terima kasih juga atas segala kepercayaan dan perhatian untuk menyempatkan menulis langsung di rubrik Curhatku ini. Dengan berbicara atau menulis segala isi hati yang mengendap.
Maka rasa kepercayaan juga akan semakin tercipta dengan erat. Sampaikan yang menarik untuk Anda curahkan di hari ini, kami akan memahami apa yang Anda rasakan.
Afni yang baik, memang menurut Anda mungkin awal persoalannya adalah sangat-sangat sepele dan tidak ada artinya. Tetapi menurut orang lain tentu sangat berbeda menyikapinya, bahkan akan begitu sangat berarti. Apalagi sudah berkaitan dengan janji, wah biasanya kalau tidak ditepati sangat jengkel lho.
Pasti Anda juga pernah merasakan bagaimana jengkelnya kalau teman tidak menepati janji kan? Walaupun menurut Anda dengan hanya sekadar mengatakan "iya" bukan berarti membuat suatu janji. Saya bisa memahami dan merasakan apa yang dimaksud Anda.
Saat ini Anda harus belajar untuk mengatakan "tidak" sekalipun menurut Anda merasa mampu melaksanakan. Kecuali Anda benar-benar memiliki waktu dan pasti bisa menepati janji.
Tidak ada salahnya dengan terus terang mengatakan "tidak" agar tidak ada beban. Apalagi Anda mengiyakan hanya karena alasan sungkan dan berat untuk mengatakan "tidak".
Jangan katakan "Iya" kalau sebenarnya hati Anda ingin mengatakan "Tidak" dan Anda harus belajar dari saat ini.
Atau dengan belajar mejawab "belum ada waktu" "lain waktu saja" "hari ini tidak bisa" serta berbagai kalimat yang bernada menolak lainnya. Jangan dipaksakan mengatak "Iya" di saat hati Anda sebenarnya ingin mengatakan "Tidak".
Justru Anda akan semakin sungkan dan terbebani dengan janji Anda tersebut. Apapun bentuknya, kata "Iya" berarti sudah menjukkan setuju dan berati sudah bermakna janji.
Sedangkan janji harus ditepati. Tuh, berat kan hanya gara-gara mengatakan "Iya" malah persoalannya menjadi runyam.
Berbeda kalau Anda mengatakan "Tidak" maka saat itu pula Anda tidak ada beban sama sekali. Kalau memang hati Anda harus mengatakan "tidak" lantas untuk apa memaksakan dengan mengatakan "Iya"? Jangan sampai niat baik Anda malah berubah menjadi prasangka buruk.
Padahal masalahnya sangat-sangat sepele hanya karena Anda tidak berani untuk mengatakan "Tidak".
Kata "Tidak" bisa menciptakan rasa kepercayaan, dan untuk apa mengatakan "Iya" kalau di kemudian akan melahirkan ketidakpercayaan, padahal menurut Anda adalah sepele. Ok, selamat belajar mengatakan "Tidak" dan jangan dipaksakan untuk selalu mengatakan "Iya". ____________________________________________________________________________
Ortu tak Merestui Hubungan Kami
Maaf sebelumnya apabila tulisan saya kurang jelas, tapi pada intinya saya lagi bingung menentukan langkah kami.
Coba saja bayangkan, hubungan kamu sudah berjalan sekitar empat tahun. Kami sudah melalui suka dan duka. Cowok aku juga begitu serius untuk melanjutkan hubungan sampai ke pernikahan.
Namun, jalan kami justru ditentang oleh ortu. Kami sudah memberi pemahaman, tetapi mereka tetap saja bersikukuh dengan tegas tidak merestui dan menyuruh kami putus. Jujur saja, hampir kamu memutuskan untuk kawin lari jauh dengan ortu.
Tapi kami masih mikir dan kasihan sama ortu, hanya sayangnya ortu tidak bisa memahami perasaan kami. Haruskah kami nekad ngajak lari saja dengan pacar? Terima kasih atas perhatiannya.
Anggun, Tanjungpinang
Hallo Anggun, masih bisa tenang kan menghadapi masalah Anda? Yakinkah, dengan bersikap tenang dan meredam rasa emosi pasti akan didapat jalan keluar yang terbaik. Saya sangat memahami perasaan Anggun.
Mencari solusi memang dibutuhkan kejernihan pikiran dan mengendaptkan perasaan. Apabila terus berkecamuk emosi, niscaya tidak mendapatkan solusi yang paling tepat. Baik menurut Anda saat ini, namun belum tentu akan melahirkan kebaikan saat menjalaninya.
Masalah yang Anda hadapi bukan persoalan benar dan salah. Menurut Ortu, dia yang benar dan Anda salah telah menentang ortu. Sebaliknya, menurut Anda ortu terlalu egois karena tidak memahami perasaan Anda.
Anggun yang lagi gundah, mulailah fenomena dengan jalan kebaikan. Sebab apabila Anda memulai dengan fenomena yang kurang terpuji, makan seterusnya Anda akan terus bermasalah. Lebih baik saat ini berpahit-pahit dulu untuk berupaya menjelaskan kepada ortu.
Masak sih ortu tidak sedikitpun untuk membuka perasaannya walau hanya sedikit? Bersikaplah sedikti lunak dalam menjelaskan masalah hubungan Anda kepada ortu.
Pelajarilah apa yang membuat ortu tidak mersetui hubungan kalian, setelah itu tunjukkanlah bahwa penilaian ortu tidak benar.
Namun, apabila Anda tidak bisa menunjukkan sikap yang baik, malah bersikap memberontak, maka ortu akan makin tidak suka terhadap hubungan kalian. Percalah, kebaikan pasti mampu mengalahkan segala prasangka jelek.
Tapi dengan catatan, cobalah instrospeksi sejenak sebelum melakukan tindakan yang merugikan diri Anda dan ortu. Kecuali Anda merasa sanggup menghadapi segala resiko, tentu itu adalah hak Anda.
Namun akan lebih baik apabila hubungan kalian kedepan tidak menelah resiko besar dan merusak hubungan keluaraga. Menyadarkan pandangan ortu bisa dilakukan dengan cara menciptakan kesadaran terhadap diri sendiri.
Dengan bersikap emosional seperti itu, sama halnya semakin menutup perasaan ortu dalam memahami perasaan Anda.
Bukalah perasaan Anda dengan selebar-lebarnya dengan cara memahami perasaan ortu, setelah itu baru ungkap segala perasaan Anda kepada mereka. Memang sangat dibutuhkan waktu, dan itu lebih baik daripada harus membuka luka baru akan hubungan kalian dengan ortu sendiri. __________________________________________________________________________
Berbohong Kepada Pacar untuk Menjaga Hubungan
Halo apa kabar? senang loh bisa curhat lewat rubrik ini. Mulanya sih masih ragu-ragu, tetapi akhirnya aku beranikan untuk menulis dan mengirim langsung curhat ini. Begini nih, selama ini aku sudah dekat sama cowok lain sekolah.
Karena baru saja jadian, terpaksa aku kadang berbohong dikit. Tetapi tidak sampai parah atai ngibulin dia. Paling bohongnya cuma bersifat menghibur dia saja. Kan kalau aku terlalu jujur nanti kesannya lugu banget atau culun.
Artinya, bohonhnya agar dia tambah sayang dan yakin saja kalau aku benar-benar sayang dan suka sama dia.
Niat aku berbohong juga nantinya akan aku jelaskan mengenai yang sebanarnya tentang diri saya dan keluargaku. Apakah boleh berbohong kecil-kecilan seperti itu? Sebab dalam pikiran saya saat ini menilai wajar-wajar saja kan untuk kebaikan kami juga.
Saya memang masih harus sering jaga imej sama cowok aku, nanti kalau sudah sangat dekat kan tidak harus jaga imej lagi. Sebenarnya saya melakukan ini tidak terkait sama sekali dengan kurangnya memiliki rasa percaya diri segala.
Kalau soal itu masih jauh dari perasaan saya, tetapi jaga imej ini dilakukan demi eratnya hubungan kami agar tumbuh rasa saling memiliki saja.
Maklum lah kan baru jadian, jadi paling tidak harus bersikap manis di hadapan dia agar kelihatan keren dan tidak mengecewakan dia.
Tetapi saya juga gak ingin kebiasaan jaga imej terus-terusan terjadi. Pada saatnya pasti akan hilang dengan sendirinya.
Karena ini hanya permulaan saja, sebab baru jadian. Saya juga gak ingin proses cinta kami berjalan hanya karena perasaan dari luar saja. Ingin hubungan kami berjalan langgeng dan sama-sama saling memahami satu sama lain.
Nah, bagaimana dengan kebiasaan saya ini? Apakah masih sebatas kewajaran atau seharsunya bagaimana agar hubungan kami bisa terbuka dan saling menerima apa adanya? Ok, terima kasih atas segala jawaban, semoga Media Kepri makin suskse.
Erni, Tiban
Terima kasih balik Erni, Alhamdulillah sehat walafiat dan tentunya berkat doa para pembaca juga. Kami juga merasa senang mendapat kepercayaan dari para pembaca, apalagi Erni sudah menyempatkan mengirim curhat.
Erni yang baik, memang wajar kalau saat-saat memasuki tahap awal pacaran masih harus menjaga imej. Biasanya dilakukan agar kelihatan sempurna dan baik di hadapan pacar, sehingga terkadang harus bersikap manis.
Tetapi kenapa harus berbohong? Yanga namanya berbohong tetap sama saja, baik kecil maupun besar pasti berdampak kurang baik. Apalagi berbohong sudah dibentuk pada saat-saat yang seharusnya menciptakan salin percaya.
Kenapa tidak dibangun saling percaya dengan bersikap jujur saja? Perlu Erni ketahui, bahwa kalau kita berbohong berarti juga harus mempersiapkan jawaban berbohong pula. Tidak mungkin kan kalau Anda berbohong harus dijawab dengan kejujuran, itu sama saja membuka kebohongan yang telah Anda buat sendiri.
Artinya, semakin Anda berbohong, maka Anda juga harus makin mempersiapkan jawaban berbohong pula. Seterusnya akan seperti itu, sehingga kebohongan-kebohongan yang Anda aggap kecil akan makin membesar.
Erni tahu kan, kalau saat-saat pacaran terkesan semuanya tampak indah dan pacar juga tampak sempurna. Jadi, tidak harus berbohong pun sebenarnya tidak apa-apa karena perasaan sempurna sudah muncul.
Nah, alangkah baiknya kalau berbagai ilusi kesempurnaan itu dimanfaatkan untuk saling memahami kelebihan dan kekurangan.
Sayang sekali Erni juga tidak menjelaskan berbohong yang dilakukan sebatas apa? Kalau hanya sebatas bermaksud menyenangkan boleh-boleh saja.
Misalnya, si cowok membelikan sesuatu tetapi Erni kurang suka warnanya, agar tidak menyinggung perasaan dia terpaksa harus berbohong dan mengatakan suka.
Berbohong boleh-boleh saja, tetapi itu pun harus disertai evaluasi. Karena kalau hanya mengatakan suka tanpa disertai evaluasi nanti dikira Anda benar-benar suka, akhirnya terus dibelikan warna seperti itu.
Dampaknya akan muncul di saat hubungan Anda sudah semakin terbentuk. Dan dia pasti akan merasa kecewa karena merasa dibohongi walupun pada dasarnya niat Anda ingin menyenangkan perasaan cowoknya.
Erni yang baik, mulai saat ini dan mumpung masih dalam taraf hubungan dasar maka bangunlah hubungan Anda dengan nilai-nilai kejujuran. Tidak ada salahnya untuk menjaga imej tetapi tetap harus bersandar pada kejujuran agar hubungan Anda ke depan terbentuk dari rasa saling menerima dan memahami secara tulus. Ok, sukses ya buat hubungan kalian. ____________________________________________________________________________
Merasa Diri Tidak Sempurna
Saya sangat tertarik menyimak rubrik konsultasi psikologi ini. Oleh karena itu membuat saya ingin bertanya, tentu saja berkaitan dengan pengalaman pribadi.
Terus terang terkadang saya berpikir kenapa dalam kehidupan saya tidak sempurna dibandingkan dengan orang lain. Bukan berarti tidak sadar kalau setiap orang pasti memiliki kesempurnaan. Hanya saja setelah dicar-cari kok malah banyak kekurangannya.
Mungkin itu hanya perasaan saya saja, atau mungkin juga setiap orang juga mengalami hal serupa. Tapi yang pasti kenapa ya kok perasaan seperti itu kerap muncul dalam diri saya. Tolong beri pandangan agar saya bisa mengevaluasi.
Intan, Batam
Hai Intan, apa kabar nih? Terima kasih sebelumnya yang telah memberi keprcayaan kepada kami. Saya bisa memahami perasaan Anda karena perasaan seperti iut juga selalu menghinggapi orang lain.
Jadi, bukan Anda sendiri yang mengalaminya. Kesempurnaan itu hanyalah kata-kata namun tidak berwujud serta cukup dikatakan sepintas saja.
Misalnya, saat Anda merasa kagum terhadap sesuatu dan Anda menganggap itu sudah sempurna, cukup katakan saat itu saja "wah ini bener-bener sempurna" setelah itu jangan dipikirkan apalagi sampai berlama-lama.
Karena kalau terus dipikirkan malah kesempurnaan yang sebelumnya Anda rasakan akan hilang dan berganti dengan kekurangan-kekurangan.
Apalagi jika Anda sampai mencari-cari kesempurnaan, padahal Anda sendiri sadar kalau tidak ada orang yang sempurna.
Sebab, pada hakekatnya orang yang mencari-cari kesempurnaan sama halnya mencari-cari kekurangan. Semakin detail Anda mencari kesempurnaan, maka akan semakin detail pula menemukan kekurangan-kekurangan.
Makanya kesempurnaan itu tidak harus dicarai-cari karena Anda tidak mungkin menemukan, kecuali Anda ingin menemukan kekurangan, iya kan? Orang yang merasa sempurna apabila menyadari kelebihan-kelebihannya serta memahami akan kekurangan-kekurangannya, dan semua itu berjalan saling melengkapi.
Daripada mencari kesempurnaan lebih arif jika berpikir optimis, bahwa dalam diri kita ada potensi. Potensi tersebut berkembang untuk menutupi kekurangan dalam diri kita.
Kekurangan juga bermakna sebagai pelengkap agar kelebihan bisa berada dan membantu kekurangan kita. Tanpa merasakan ada kekurangan mana mungkin bisa merasakan kelebihan.
Hal terbaik yang Anda lakukan saat merasakan kesempurnaan datang pada diri Anda adalah menikmatinya dan tidak perlu mencari-cari terus letak kesempurnaan tersebut.
Kesempurnaan terus berjalan seiringan dengan perasaan, sedangkan perasaan setiap saat bisa berubah.
Manakala perasaan berubah, maka perasaan merasa sempurna juga turut berubah. Semoga Anda sering merasakan kesempurnaan sata perasaan tersebut ada dalam diri Anda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar