Jumat, 26 September 2008

Tentang Aku Kecil ...

Dari yang aku lihat, dengar dan dirasakan, mudah-mudahan gak keliru

Mengenang dan menceritakan masa kecil memang mengundang keasikan tersendiri. Banyak kenangan manis yang begitu indah untuk dicurahkan lewat tulisan.

Ada kisah lucu, manis, menggemaskan dan juga sedikit cerita nakal yang membuat diri saya senyum-senyum saat mengenangnya.

"Wow...ternyata bandel juga saya ini..he..he..."

Sempat juga sih teringat saat bersedih, terutama
ketika ibu harus pergi karena ada keperluan ke
tetangga kampung dan sengaja meninggalkan aku saat
masih tidur.

Begitu terbangun, wow...langsung dan secara spontan
aku nangis memanggil-manggil ibu (aku memanggil ibu
dengan panggilan emak, dan memanggil bapak dengan
panggilan epak).

Tapi yang membuat sebel, eh...kadang
bapak malah membiarkan aku nangis dan malah
bilang.."Hayo...nangis aja, kan ibunya pergi
cuma sebentar".

Saat itu usiaku kira-kira baru berumur
5 tahun kali ya, pokonya masih duduk di bangku TK gitu
deh.

Eh..tubuhku dulu montok benget, berkulit putih dan
lumayan gemuk...he..he.., itu sih kata orang-orang
yang dulu sering menggendongku.

Makanya, saat kecil dulu, tubuh mungilku sering digilir dari tangan ke
tangan lainnya karena mereka gemes ingin
menggendongku.

Tapi, katanya nih...kalau sudah datang
rewelnya, gak ada yang bisa merayuku, siapapun yang
akan menggendongku pasti langsung direspon dengan
tangisan (Ih...kecil-kecil sudah jual mahal).

Konon nih, kata orang-orang yang sering menggendongku,
katanya saat masih balita aku anaknya pendiam banget,
tapi kalau sedang becanda gak bisa berhenti, apalagi
kalau dikelitik..huh...pasti langsung kegelian sambil
tertawa karena tak tahan menahan rasa geli.

Tapi, justru itulah yang membuat tubuhku bikin gemes.
Apalagi saat terdiam...pasti pipi kanan dan kiriku
jadi sasaran untuk dicubit dan dicium (ih..kayak kue
bakpao aja yah)

Ketika masih duduk di bangku Taman Kanak-kanak (TK)
ada peristiwa menarik yang sangat berkesan hingga saat
ini.

Saat itu aku sedang bermain ayunan di dalam
kelas, tiba-tiba saya melihat cincin emas dan langsung
memungutnya serta memberikan kepada ibu guru.

Tak lama kemudian, seorang ibu yang anaknya juga teman sekelas
saya mencari-cari cincin dan menanyakan ke bu guru.

Langsung saja bu guru bilang "Oh...ini mungkin cincin
ibu, Tutut tadi yang menemukan di bawah ayunan.

Saat itu, ibu tersebut langsung menggendong tubuh mungilku
dan mencium pipi saya sambil bilang "Aduh...anak
pintar dan jujur, terima kasih ya nak".

Aku hanya bengong-bengong saja, dan lambat laun baru aku sadar
"Oh, itu yang disebut dengan jujur".

Tutut, demikian keluargaku dan orang-orang lingkungan
di kampungku biasa memanggil.

Mungkin, saat kecil aku susah sekali menyebut nama asliku "Mahmud Syaltut"
saat itu ketika orang bertanya "Siapa namamu?" Lidahku
terasa susah bilang "Syaltut" Jadi lebih enteng bilang
"Tutut". Maklum nama itu memang terasa asing di
telinga dan lidah kita.

Tapi aku bangga dengan nama tersebut, karena ortuku
sengaja mengadopsi dari nama seorang ulama besar di
Kairo "Mahmud Syaltut" (Pendiri/RektorUniversitas
Al-azhar) atau Mahmud Syaltut Syah Al-azhar.

Tapi, kalau nama lengkapku Mahmud Syaltut Usfa. "Usfa"
merupakan nama kepanjangan bapakku "Usman Farouq"
makanya semua saudaraku menggunakan "Usfa" di belakang
namanya.

Panggilan Tutut makin akrab di telinga ketika saya
memiliki adik, saya memiliki dua adik, satu perempuan
dan yang paling bungsu laki-laki.

Keduanya biasa memanggil saya "Kak Tutut" dan panggilan tersebut
sudah semakin akrab dibanding panggilan "Kak Syaltut".

Banyak orang-orang terdekat yang selalu menggendong
saya, makanya jangan keget kalau saya jarang pulang ke
rumah. Kadang, saat ibu ke pasar seharian aku
digendong dari tetangga ke tetangga.

Maklum, kata orang aku termasuk anak yang gak rewel. Ets..., jangan
kaget lho kalau aku sempat dijadikan anak angkat oleh
bibi saya atau adik perempuan ibuku.

Bibi saya sangat senang dan gemes, jadi, ketika aku memiliki adik,
bibiku minta ke ortu agar aku ikut bibi saja.

Karena antara rumah bibi dan rumahku berdekatan gak
jadi masalah.

Saya sudah biasa tidur dengan bibi, enak
sih, setiap malam didongengi dan paling enak bibiku
suka mengelus-elus punggungku saat mau tidur, akhirnya
jadi kebiasaan, kalau mau tidur gak dielus-elus, pasti
aku nangis dan gak mau bobok.

Tapi, sayang sekali saat usiaku masih balita bibiku
sakit keras dan akhirnya meninggal dunia.

Aku masih ingat, orang-orang yang melayat banyak yang
menggendongku sambil mengusap-usap wajah kecilku. Aku
sangat sedih tapi yang namanya anak kecil masih bisa
menahan perasaan.

Aku yang saat itu masih balita masih bisa menahan
kesedihan, apalagi masih ada ibu dan bapakku yang
selalu memberi perhatian.

Oh, iya, aku punya nenek atau ibu dari bapakku. Orangnya sangat agamis dan
kesukaannya membaca tafsir serta membaca al-Quran tak
pernah lepas setiap subuh dan sore hari (usai subuh
dan menjelang maghrib).

Aku biasa menghabiskan waktu dengan nenek, baik saat
nenek berada di rumah atau aku yang berada di
rumahnya.

Aku terbilang sangat manja dan suka merajuk
ke nenek. Apalagi kalau menjelang tidur, pasti saya
tidur di pangkuan nenek dan minta agar punggungku
diusap-usap sampai aku terlelap.

Apabila sebelum terlelap dan nenek berhenti
mengelus-elus punggungku, pasti akau marah dan
biasanya nenek hanya ketawa sambil mengangkat tubuh
kecilku dan mencium pipiku sambil memeluk tubuh
mungilku dengan gemesnya.

Nenek punya radio yang memang sudah lama, kuno dan
bentuknya antik betul. Setiap aku ke rumah nenek,
jarak dari rumah ke rumah nenek hanya beberapa meter
saja atau satu kampung, jadi aku kadang jalan sendiri.

Biasanya, saat ke rumah nenek, paling ibu atau bapak,
atau saudaraku cukup melihat aku jalan sendiri karena
kuatir aku jatuh. Nenekku biasa mendengarkan pangajian
atau pembacaan ayat-ayat suci al-Qur'an lewat radio.

Apalagi kebiasaan dia bertasbih, rasanya nenek asik
betul saat bertasbih sambil mendengarkan lantunan
ayat-ayat suci al-Qur'an.

Kalau aku ke sana pasti dipangku dan mata sipitku sambil memandang nenek yang
asik mendengarkan radio sambil menggendong tubuh
mungilku.

Oh iya, aku punua sepupu perempuan, dia
juara qira'ah nasional. Saat mengikuti Musabaqah
Tilawatil Qur'an (MTQ) tingkat nasional, pasti nenek
menunggu giliran dia.

Bapakku juga gak pernah ketinggalam, bahkan saat itu radio seharian hanya
mendengarkan siaran langsung MTQ.

Selain ke rumah nenek, aku sering main ke rumah embah
putri, tapi karena jarak dari rumah ke kampung embah
berjauhan, tentu perginya biasa dengan ibu.

Aku punya dua embah putri, yang satu tinggal di kampung Dayabata
dan satunya tinggal di kampung Sawahlaut. Keduanya
merupakan embah dari bapak, kan embah (nenek dan
kakek) dari ibu sudah meninggal sejak aku belum lahir.

Ibu biasa ngajak aku pergi ke rumah embah, tapi yang
paling sering pergi ke rumah embah yang di kampung
Dayabata.

Biasanya, kalau pergi ke rumah embah pasti
lama, sampai-sampai aku sering ketiduran. Apalagi
kalau berangkatnya ba'dah shalat maghrib, pasti aku
ketiduran karena pulangnya malam.

Tapi nih, kadang sebel juga saat berada di rumah embah
yang di dayabata, di sana kan banyak tente-tenteku,
biasanya suka ngerjain kau.

Yang paling sering kalau mau mandiin aku, kan katanya aku paling ogah mandi
(ih...katahuan nih, gak mau kalah sama kucing ya?
he..he..).

Paling aku berontak sebentar dan nangis,
tapi kalau sudah nyebur ke ember yang disediakan malah
senang juga sambil main air.

Oh iya deh, aku masuk TK sebenarnya hanya karena modal
nangis aja. Maksudku, saat itu usiaku masih belum
boleh masuk TK.

Cerita begini, aku saat itu punya teman main perempuan yang juga masih ada hubungan
keluarga dan satu kampung. Aku senang dan merasa
nyaman main dengan dia, apalagi usia dia di atas
usiaku.

Pokoknya tiap hari aku gak bisa lepas dengan
dia. Orangtuaku juga merasa tenang kalau aku main
dengan dia.

Saat dia akan sokolah di TK aku malah mau ikut juga,
padahal usiaku masih belum cukup. Karena aku nangis,
akhirnya orangtuaku bilang ke guru di TK tersebut agar
aku diperbolehkan ikut sekolah juga.

Akhirnya diperbolehkan deh, tapi tentu saja gak bisa pakai
seragam. Eh...lagi-lagi aku gak mau kalau gak pakai
seragam, pokoknya aku ingin betul-betul sekolah.

Mungkin, daripada aku nangis terus dan kemauanku
begitu keras, akhirnya aku dibuatin seragam.
Wah...bangga rasanya memakai seragam TK.

Saat itu warna seragamku, untuk baju berwarna kuning dan celana
berwarna hijau. Aduh...bangga betul...apalagi ditambah
memakai dasi, kayak keren gitu deh.

Sering perjalanan waktu, yang awalnya hanya ikut-ikutan akhirnya jadi
sekolah beneran.(Ternyata aku bandel juga ya?
he..he...)

Awal sekolah, aku paling suka dengan deklamasi yang
judulnya "Buah Tomat". Oh iya...aku masih ingat isi
deklamsi tersebut lho, begini lho kalimatnya "Buah
Tomat, Bentuknya Bulat, Kalau Dimakan Rasanya Lezat,
Membuat Badan Menjadi Sehat" Begitu deh kira-kira
isinya.

Ets...tunggu dulu, aku kalau sedang
berdeklamasi tak hanya sekadar membuyikannya dalam
kalimat saja.

Tetapi, pasi dong dengan gayanya yang centil dengan
memperagakan dari tangan sampai posisi badan juga
betul-betul diperagakan.

Tapi nih...huss...ini rahasia lho!! he..he..., aku paling ogah kalau disuruh nyanyi
di depan kelas.

Pokoknya ogah banget deh!!! Gak tau
deh...aku masih TK betul-betul "demam panggung" kalau
disuruh nyanyi di depan kelas.

Entah suaraku yang fals atau gimana, pokokonya istilahnya "Gak PD" sama
sekali. Tapi beda lagi apabila disuruh deklamasi,
pasti sangat berani.

Oh iya deh, aku paling suka makan buah tomat lho!
Biasanya aku makan buah tomat yang bener-bener masih
segar atau baru dipetik dari pohonnya.

Mungkin saja awalnya terpengaruh dengan deklamasi "buah tomat"
favoritku, akhirnya ketularan deh. Lebih sedap lagi,
apabila buah tomat yang masih segar dikasih gula terus
dimakan..."huh, sedap..... benget!!!"

Kebiasaan aku makan buah tomat yang paling sering saat main-main ke
pasar (Bapak dan ibu kan pedagang, sehingga sudah jadi
kebiasaan main ke toko).

Kalau dah ke pasar ada saja yang ingin debeli (dalam
bahasa Bawean a korena) minta ini lah, minta itu lah,
dan kadang saat membeli minta diantar ibu.

Tapi, kalau jarak dari toko ortu ke tempat yang mau dibeli dekat,
biasanya cukup jalan sendiri, paling ortu hanya
memperhatikan langkah tubuh kecilku berjalan sambil
membeli jajan yang aku ingingkan.

Banyak juga jajan khas bawean favoritku, seperti...aku
sebut dengan menggunakan bahas Bawean aja ya,
diantaranya kue bejik, kue iwek, kenyal-kenyil, potre
mandi, lumpang, epok-epok, motabbeb, kulu pinang, sare
kaje, koccor, dumangsa, pokoknya banyak deh keu khas
Bawean yang aku suka.

Selain belanja kue, tentu gak ketinggalan kalau ada buah tomat. Kadang kalau aku
ikut atau main ke toko (pasar) bikin ngerepoti ibu,
maklum namanya aja anak kecil inginnya selalu minta
dekat sama ibu (dalam bahasa Baweannya a pet-pet).

Masih soal kebiasaan atau kesukaannku makan buah
tomat, kebetulan di halaman rumaku luas dan banyak
ditanam bunga serta tanaman-tanaman kecil, diantaranya
buha tomat.

Bisa ditebak kan, saat musim buah tomat
tiba aku juga ikut panen tiap hari pasti makan buah
tomat.

Apalagi di samping rumah pamanku ada kebun khusus
nanam sayuran, bisa dibayangkan kan betapa senangnya
apabila sedang musim buah tomat.

Pokoknya hampir setiap hari aku main di kebun dan tinggal milih
mau ngambil yang mana. Tapi ingat lho, bukan berarti
sama buah lain seperti mangga, nangka, kabista, nangka
muris aku gak suka, tapi kan buah tomat gampang sekali
mendapatkan bagi anak sekecil aku saat itu.

Aduh...jadi asik nih ngebahas soal makan, selain doyan
makan buah tomat aku saat masih kecil doyan sekali
makan telur setengah matang.

Makanya, ortu, terutama ibu sudah ngerti sekali sama kebiasaanku. Jadi,
apabila aku rewel dengan makanan langsung aja disiapan
telur ayam kampung setengah matang.

Huh...sedap banget...apalagi nasinya masih hangat terus dicampur
sama mentega...huh...sedap sekali dan pasti aku
makannya lahap.

Kalau tadi sudah aku ceritakan begitu gak pedenya saat
disuruh nyanyi di depan kelas oleh ibu guru. Tapi,
percaya gak...aku saat itu doyan sekali sama musik.

Pasti ingin tahu ceritanya kan? Keluarga saya termasuk
keluarga musisi. Bapak, adalah pemain arkodion salah
satu grup orkes melayu "Bunga Seroja" di Bawean. Kata
orang-orang, kumpulan tersebut saat itu sangat populer
di Bawean.

Dan terbukti, banyak peninggalan alat musiknya yang
masih ada, termasuk arkodion punya bapak. Bapakku
mahir sekali memainkan lagu-lagu melayu, hampir semua
lagu-lagu melayu lama dikuasai.

Seperti lagu Bunga Seroja, Timang-timang, Semalan di Malaysia dll.
Pokonya banyak deh lagu-lagu melayu karya Mashabi dan
P.Ramlee.

Makanya, sejak kecil aku sudah terbiasa dan
gak asing lagi dengan beberapa lagu melayu yang
populer saat itu.

Tapi, rupanya beberapa kakakku yang sekolah di P.Jawa
bisa dikatakan mampu mempengaruhi kegemaran saya pada
aliran musik lain.

Maklum, kakak tertuaku yang saat
itu sekolah SMP dan SMA di Gresik dan kemudian
melajutkan sekolah Perhotelan di Surabaya, kalau
pulang kampung pasti membawa kaset berisikan lagu-lagu
pop terhangat saat itu.

Ditambah lagi beberapa kakakku yang lain dan familiku
yang juga saat pulang kampung selalu membawa kaset
dari beberapa penyanyi kesukaannya.

Apalagi di zaman itu, perkembangan penyanyi tak begitu menjamur silih
berganti seperti sekarang.

Makanya, walaupun saat itu usiaku masih duduk di
bangku TK masih ingat betul penyanyi dan lagu-lagunya
yang memang banyak digemari.

Tapi, asal tahu aja, bagi kebanyakan orang Bawean yang rata-rata menyukai musik
melayu bisa dikatakan musik pop sangat-sangat asing.
Terlebih lagu-lagu barat, wah...bener-bener asing bagi
mereka.

Tapi, di rumahku sebaliknya, apalagi bapak
sangat tolelir dengan beberapa aliran musik kesukaan
anak-anaknya.

Oh iya, selain menyukai lagu-lagu melayu, bapak sangat suka sekali dengan musik Arab.
Apalagi dengan lagu-lagu penyanyi Umi Kalsum,
huh....bapakku sangat-sangat menyukaianya.

Makanya, di rumah banyak koleksi kaset penyanyi-penyanyi Arab
tempo dulu.

Tapi, aku kecil bener-bener terpengaruh dengan musik
pop, baik dari penyanyi lokal maupun beberapa penyanyi
atau lagu-lagu barat.

Saat itu ada beberapa penyanyi
atau group musik yang masih saya ingat. Kalau dari
Indonesia, ada Titi Kadi, Titiek Puspa, Titiek
Sandora, Edy Silitonga, Daniel Sahuleka (Penyanyi asal
Maluku yang menetap di Belanda) Benyamin S, Franky &
Jane (Kayaknya itu aja yang aku ingat).

Sedangkan grup musik (band) ada Panbers, Koes Plus, D'Lyoid (Kayaknya
itu aja deh yang aku hafal banget saat itu).

Sedangkan lagu-lagu barat masih sangat terbatas yang
saya ketahui, tapi, aku gak asing lagi dengan
nama-nama grup mereka.

Seperti, Queen, ABBA, Deep purple, Rolling Stone, Van Hallen, Genesis. Maklum,
poster-poster mereka banyak di tempel sama
kakak-kakakku di tembok kamar.

Percaya gak,sampai-sampai saat itu aku takut masuk ke
kamar kakak-kakakku, karena poster-poster mereka kayak
serem gitu deh...(dandanannya itu lho...ngerock
habis).

Kadang sebel juga sih...kalau kakak-kakakku memasukkan
tubuh mungilku ke kamar, tak ayal...langsung aku lari
keluar kamar. Paling, mereka hanya ketawa melihat aku
lari ketakutan.

Tapi nih, dari sekian lagu-lagu yang ada, aku paling
suka sama lagu-lagunya Edy Silitonga, Daniel Sahuleka,
Franky & Jane, Titi Kadi.

Dan untuk lagu barat, kayaknya sangat berkesan dengan lagunya Diana Rose,
judul lagunya "Women in Love".

Sampai sekarang aku masih penasaran dan ingin cari-cari kasetnya, tapi
kalau lagunya masih sering juga mendengar.

Kalau lagu-lagunya Edy Silitonga, yang paling aku suka
lagu yang judulnya Mama, Hitam Putih, Aminah...banyak
juga yang lainnya tapi aku lupa judul masing-masing
lagu.

Lagu-lagu Frangky & Jane juga hampir sama, semua
aku suka, tapi yang paling berkesan sampai sekarang
lagu yang judulnya Kereta Malam, Bis Kota, dan Musim
Penen.

Dan lagu-lagu Titi Kadi sebenarnya gak seberapa
suka, terlalu melangkolis sih, tapi karena sering
dengar akhirnya suka juga.

Oh ya, satu lagi, aku sangat suka dan terkesan sekali
sampai sekarang dengan lagunya Daniel Sahuleka yang
judulnya "Don't Sleep a Way This Night My Baby" gitu
deh kalau gak salah judulnya.

Wow...sampai sekarang aku doyan banget, dengar intro pertamanya aja dah
bergetar hati.

Sebenarnya ada satu lagi yang juga satu album dengan
lagu tersebut, judulnya Mony.

Aku masih ingat sebagian syair lagunya yang sudah diterjemahkan dalam bahasa
Indonesia (Dalam satu album terdapat dua bahasa)
"Mony...kaulah segalanya...milikku yang ada...di dunia
ini.." gitu deh sebagian syair yang masih aku ingat.

Interest saya ke musik kayaknya sudah terbentuk saat
aku masih kanak-kanak.

Asal tau aja nih, saat kakak-kakakku memutar lagu-lagu tersebut, pasti aku
lari ke depan salon (pengeras suara) duduk di kursi
sambil lihat-lihat cover kasetnya mendengarkan dengan
serius.

Habis, kalau gak kebetulan kakak yang muter mana bisa
aku muter sendiri, iya kan?. Nah, biasanya nih...saat
aku asyik dengerin pasti ada saja yang nyeletuk
"Hayo...kecil-kecil serius banget dengernya,
kayak ngerti aja" pokoknya ada aja celetukan.

Paling aku hanya cuek atau merespon senyum-senyum aja, tapi
yang paling sebel, saat asyik-asyiknya dengerin
eh...pipiku dicubit-cubit, kan jadi sebel jadinya
he..he..

Lantas bagaimana dengan musik dangdut? Ih....saat itu
aku sangat-sangat gak suka yang namanya lagu-lagunya
Ida Laila, Latif M, Mansyur S, paling hanya dengar
sepintas aja saat tetangga muter.

Aku mulai suka dangdut saat itu aku lagi nunggu pamanku yang akan
datang dari P. Jawa. Aku sedang tidur-tiduran di dipan
yang terletak di teras depan rumah paman.

Saat paman datang, tentu dong yang namanya anak kecil mengharap
oleh-oleh, biasanya oleh-olehnya permen.

Maklum di Bawean saat itu permen yang enak-enak
terbilang masih langka. Ketika sedang enak-enaknya
makan permen, eh...aku denger pamanku lagi muter lagu
"Dara Muda" Rhoma Irama (saat itu merupakan album
terbarunya).

Begitu dengar musiknya kayak merasa aneh dan enak
banget, dalam hati aku berpikir "kok kayak beda dengan
lagu dangdut lainnya ya?".

Akhirnya aku berlari mendengarkan lebih dekat lagi dan sekalian melihat
cover kasetnya. Sampai sekarang masih ingat covernya.
Gitu deh ceritanya mengenai awal mula ketertarikan aku
sama musik dangdut.

Interest saya ke musik tidak hanya sebatas itu, tapi
juga adanya keinginan yang kuat untuk memainkan alat
musik.

Khususnya gitar, kan kakak tertuaku bisa
membawa gitar. Aku jadi tertarik dan ingin banget
mencobanya, tapi tentu masih takut dimarahi.

Akhirnya aku hanya bisa nyuri-nyuri, saat kakakku gak ada aku
mencoba memetik senarnya.

Tentu asal petik aja, yang penting aku bisa denger
suaranya. Tapi, aku gak suka kalau dibeliin
gitar-gitaran kecil yang terbuat dari plastik.

Wah...sama sekali gak tertarik, paling sekadar dibuat
mainanan aja. Pernah dibeliin sama bapak, tapi hanya
dipakai sebentar aja, habis itu gak pernah dipaki
lagi. Kayaknya malas dan lebih asyik denger suara
gitar yang asli.

Setiap ada gitar di rumah, aku harus kucing-kucingan
mencoba memetik agar gak ketahuan kakakku.

Sebenarnya gak apa-apa juga sih, tapi aku aja yang merasa kuatir,
kalau tiba-tiba senarnya putus gimana hayo? gitu deh
perasaanku saat itu. Saat aku mulai masuk Sekolah
dasar (SD) sudah lebih berani dan keinginnku lebih
kuat lagi.

Pernah temanku (yang juga tetangga) punya
gitar lecil kayak mainan gitu, tapi bagus terbuat dari
teriplek dan suaranya bagus.

Aku benar-benar ingin, pokoknya setiap hari aku ke ruamh temanku hanya ingin
main gitar kecil.

Wah....aku betul-betul tergila-gila dengan gitar kecil tersebut, tapi sayang di Bawean gak
ada yang jual.

Setiap ada orang-orang dewasa yang sedang main gitar,
pasti aku paling depan melihat dan tangan kecilku
sambil nyontoh cord yang mereka mainkan.

Aku masih belum berani minta diajari secara langsung, jadi hanya
melihat saja. Kecuali kalau di rumah lagi ada gitar,
baru aku berani mencobanya saat gak ada orang.

Tentu saja jari-jariku gak sampai, bahkan sering kesakitan.
Tapi yang pasti, aku mulai berani dan mulai diajari
main gitar secara serius ketika kelas III SD (nanti
aja deh aku ceritakan) lebih lengkap sampai akhirnya
aku manggung sambil memainkan gitar.

Selain gitar, saat masih duduk di bangku TK sampai
kelas I SD aku suka sekali dengan harmonika. Beda
dengan gitar, aku bahkan senang sekali memainkan
harminika mainan yang terbuat dari plastik.

Kan walau mainan tapi nadanya sudah teratur, jadi enak
dimainkan. Bahkan, aku pernah merengek-rengek sama
kakakku yang di Surabaya agar dibelikan harmonika.

Waktu itu, aku senang sekali ketika kakakku
menyanggupi dan sudah dapat kabar kalau harmonikanya
sudah dikirim.

Saat menunggu (saat itu jadwal kapal
Gresik-Bawean gak setiap hari, biasanya empat hari
sekali, bahkan seminggu sekali).

Jadi nih, saat menunggu aku betul-betul gak sabar dan
sampai termimpi-mimpi, sampai-sampai bapak dan ibuku
sambil senyum-seyum bilang "Sabar aja...kan sama
kakakknya sudah dikirim".

Begitu orangnya yang dititipi datang, langsung aku lari mengambil.
Huh...aku senaaaang banget, ternyata sama kakakku
dibelikan yang bagus sekali dan lengkap dengan
gagangnya, jadi aku bisa memainkan dengan memakai
gitar.

Pokoknya, harmonika itu aku simpan dan habis dipakai
pasti dilap dengan lap khusus yang memang sudah
tersedia.

Kadang-kadang, saat itu aku berpikir, kalau
nanti sudah pacar, aku ingin benget pacarku memberi
hadiah harmonika saat ultahku dan akan aku mainkan
lagu kesukaan dia (Aduh...kecil-kecil sudah romantis).

Tapi yang pasti, lagu kesuakaan paling sering aku
mainkan adalah lagunya Mike Jager yang judulnya Party
Doll. Karena interload-nya ada instrumen musik yang
pas banget dimainkan pakai harmonika.

Sedangkan alat musik lain, seperti keyboard, arkodion,
drum, fluit, angklung, sering juga aku mainkan tapi
gak begitu pandai.

Segini dulu deh cerita tentang masa kecilku, Insya
Allah nanti aku cerita lagi tentang hal-hal menarik
lainnya yang masih aku ingat. Tentu saja cerita ketika
usiaku mulai masuk SD.

Tidak ada komentar: