Catatan Lepas Mahmud Syaltut Usfa
Pada Hari Senin, 26 Des 2009 lalu teman saya di tempat kerja ada yang resign. Pada Hari Senin, 4 Januari 2010 diadakan perpisahan. Sebagai teman, tentu saya ingin memberi kenang-kenangan seperti teman-teman lainnya. Karena perempuan, maka dipilihnya buku sebagai kado perpisahan kepada temanku itu. Buku yang saya pilih tentu yang berhubungan dengan perempuan. Saya cari ke toko buku, maka didapat buku yang menurut saya bagus sebagai kenang-kenangan. Judulnya 'Menjadi Wanita Paling Bahagia'.
Buku itu bersama La Tahzan merupakan buku Best Seller di berbagai negara. Di Indonesia, buku itu telah terjual ratusan ribu eksemplar. Tak mengherankan, jika karya fenomenal tersebut melambungkan nama penulisnya, Dr. 'Aidh al-Qarni.
Saat itu saya sangat penasaran ingin membacanya. Tapi tidak mungkin saya buka bungkus plastiknya. Sempat juga ingin membelinya, tapi rasanya kurang cocok karena buku tersebut lebih khusus untuk perempuan. Apalagi waktu itu stoknya tinggal satu. Setelah dibungkus rapi, hari itu juga saya kasih ke temanku.
Namun, saya masih diliputi penasaran akan isi buku itu. Kok sepertinya menarik. Daripada penasaran, besoknya saya ke toko buku Gramedia, bermaksud ingin membacanya saja tapi tidak untuk membeli. “Untuk apa membeli, kan buku itu untuk perempuan.” Begitu yang terlintas di pikiran.
Begitu sampai di Gramedia langsung ke sasaran. “Stoknya baru datang, dan ini edisi terbaru” Jawab penjaga toko ketika saya tanya judul buku yang dicari. Benar, bukunya baru semua. Tentu saja masih dibungkus plastik. Dan tak mungkin bisa dibaca isinya. Akhirnya saya pulang dengan rasa penasaran.
Setiap ke toko buku selalu menyempatkan melihat buku tersebut. Siapa tahu sudah ada yang terbuka plastiknya. Tapi ternyata gak ada. Lama-lama capek sendiri dan rasa penasaran juga hilang pergi bersama keihlasan. Saya sudah tidak memikirkan lagi.
Tapi rupanya takdir tidak sejalan dengan pikiran saya. Setelah sekian lama, dan ketika itu saya baru selesai menyelesaikan tugas di luar. Seperti biasa, bermaksud istirahat di kantin untuk sekadar minum. Ternyata, di meja yang saya tempati, tepat di depan mata ada buku “Menjadi Wanita Paling Bahagia” punya teman yang sedang diletakkan di meja usai dibacanya. Alhamdulillah, begitu gampangnya terjadi kalau sudah takdirnya.
Subhanallah, do’a dari mana sehingga keinginan dikabulkan semudah itu. Padahal sudah tidak ada komunikasi lagi dengan teman saya. Mungkin jawaban paling tepat dari pertanyaan itu adalah “Silaturahmi Malaikat”. Bisa saja karena keihlasan rasa terima kasih dari teman saya, walau dengan kalimat sederhana “Trims bukunya pak! Jazakallah khairal jaza!”. Atau mungkin dari keihlasan memberi. Sehingga mampu menjembatani silaturahmi antar malaikat.
Karena, ketika kita menjalin silaturahmi dengan orang lain, maka akan mempertemukan dua mailakat yang akan saling mendo’akan. Insya Allah !! Di antara golongan orang yang berbahagia dengan permohonan ampun dan do'a para malaikat adalah orang yang dido'akan saudaranya dari kejauhan. Begitu pun dengan orang yang mendo'akannya.
Diantara dalilnya:
Diriwayatkan oleh Imam Muslim dari ibnu 'Abdillah bin Shofwan, ia mengatakan, "aku pergi ke negeri Syam dan mengunjungi Abu Darda' di kediamannya, namun ia tidak berada di rumahnya. Hanya Ummu Darda' yang ada, ia berkata, "Apakah tahun ini engkau akan pergi haji?", "ya" jawabku.
Dia kembali berkata, "Do'akanlah kebaikan bagi kami, sebab Nabi SAW bersabda, "Do'a seorang muslim bagi saudaranya yang dilakukan tanpa sepengetahuan orang yang dido'akannya adalah do'a yang terkabul. Di atas kepalanya ada malaikat yang menjadi wakil baginya. Setiap kali dia berdo'a bagi saudaranya dengan satu kebaikan, maka malaikat tersebut mengucapkan: 'Aamin dan engkau pun mendapatkan apa yang diperolehnya' " (shahih muslim).
Al-Qodhi 'Iyadh mengatakan: "Apabila generasi salaf hendak berdo'a untuk dirinya sendiri, mereka pun berdo'a bagi saudaranya sesama muslim. Sebab, do'a tersebut adalah do'a yang terkabul dan ia pun akan mendapatkan apa yang didapatkan oleh saudaranya sesama muslim".
Al-hafizh Adzdzahabi mengisahkan dari Ummu Darda' bahwasannya Abu Darda' mempunyai 360 orang yang dia cintai di jalan Allah yang selalu dia do'akan dalam sholatnya. Ketika Ummu Darda' mempertanyakan hal itu, ia pun menjawab: "Apakah aku tidak boleh senang apabila para malaikat mendo'akan diriku?" (siyar a'laamin nubalaa').
Merekalah orang-orang yang gigih dalam meraih shalawat para malaikat. Mereka semua sangat bersemangat dalam mendo'akan saudara-saudara mereka sesama muslim tanpa sepengetahuan saudara yang dido'akannya itu, dan perkara ini senantiasa ada.
Mudah-mudahan Allah Subhanahu wa ta'ala menjadikan kita semua golongan mereka dengan karunia dan keutamaan dariNya...Amiin, yaa dza Jalaali wal Ikroom....
Teman-teman di facebook yang membaca ini jangan lupakan aku dalam do'amu. Baik engkau yang mengenalku maupun tidak.
Sekolah rega
11 tahun yang lalu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar