Sabtu, 13 Maret 2010

Menghitung Detik Perubahan

(Catatan Ringan Mahmud Syaltut Usfa)

“Sang waktu akan terus menyeka perjalanan detik, perjuangan adalah kisah mengisi detik kehidupan. Nikmati kebahagiaan itu sebelum detik berlalu ke ujung risau”

Dari pandangan filsafat berpendapat “Dalam kehidupan tidak ada yang abadi, kecuali perubahan”. Tepat sekali, hidup adalah gerak perubahan. Eksistensi kita akan mati tanpa adanya perubahan. Benturan masalah membuat hati kita tegar menerima perubahan. Kadang berubah maju, tapi juga bisa bergerak pada kemunduran.

Kita berdiri di tubuh dunia dalam lingkaran perubahan. Baik perubahan dalam wujud aktifitas, maupun perubahan pikiran serta perasaan. Belum lagi yang berkaitan dengan hati, sangat cepat perubahan itu datang.

“Gelisah dalam detik
Detik dalam tubuh gelisah
Merangkak meraih ketenangan
Bersimpuh menatap harapan
Meratap pada masa lalu”

Dalam kehidupan kita setiap detik hanya menghitung perubahan. Pengendalinya adalah perasaan. Pada detik ini merasa bahagia, tapi pada detik berikutunya bisa saja merasa sakit hati. Saat ini hati merasakan jatuh cinta, namun, pada saat selanjutnya cinta sudah pergi. Begitu terus berputar sampai saatnya semuanya sirna ditelan usia.

Jangan harap kita bisa menggenggam perasaan bahagia selamanya. Dalam hitungan detik perasaan sendiri yang merenggutnya. Perputaran poros bumi mengubah poros kehidupan kita. Di dalamnya ada nilai takdir mewarnainya. Terkadang takdir ada di titik posesif. Padahal, eksistensinya sudah begitu tegas dalam kendali di titik Arasy.

“Kita berdiri di lingkaran takdir
Bergerak di antara kubangan nasib

Berjalan menuju yang terhapus
Tinggalkan jejak menjemput fatamorgana baru”

Detik ini di manakah lingkaran perasaan kita berada? Suka atau duka? Biarlah berjalan seiring dengan porosnya. Hati akan lebih tenang jika menyambut dengan ihlas setiap perputaran rasa.






Tidak ada komentar: