Sabtu, 13 Maret 2010

Teguran Tanda Perhatian

(Catatan Muhasabah Mahmud Syaltut Usfa)

Setiap shalat jum’at saya memiliki kebiasaan berinfaq melalui kotak amal. Hari Jum’at kemarin (12 Februari 2010) agak berbeda. Uang di dompet paling kecil nominal Rp. 20.000. Wah, pada saat itu rasanya berat mengeluarkan nilai segitu. Karena memang lagi dibutuhkan. Tapi karena gak ada lagi, akhirnya dipaksakan ihlas.


Jujur, agak berat dalam keadaan butuh harus berinfaq dengan nila agak besar. Maunya jumlah kecil tapi ihlas. Harapannya lagi, biar kecil asal bisa ke surga. Ah…Itu sih sudah jadi lelucon basi. Karena terdesak akhirnya berlaku juga sebagi pembelaan diri saya.

Sudah dipaksakan agar ihlas ! ihlas ! dan ihlas ! Begitu kotak infaq sampai pada giliran saya langsung uang Rp. 20.000 diceburkan ‘plung !!’ “Hah…lega, toh nanti Allah akan mengganti berlipat ganda kok!!” pikirku.

Usai shalat jum’at langsung ke tempat kerja. Di situlah cikal bakal duitku harus melorot secara estafet. Pertama, begitu sampai di kantor, teman langsung menyodorkan celana Levis 501 minta tolong agar dibeli. Harganya Rp. 650.000. Gila !! untuk apa saya membeli celana harga mahal seperti itu. Apalagi saya gak begitu ‘nafsu’ pada mode. Dalam hal berpakaian saya termasuk laki-laki yang suka berpakaian simple-simple dan sederhana saja. Apa adanya, yang penting nyaman dipakai badan sudah cukup !! Tapi, karena teman minta tolong, akhirnya saya beli juga.

Pulang dari kantor, di tengah perjalanan tiba-tiba ban motor saya bocor. Dibawa ke bengkel dan ditambal. Alhamdulillah selamat bisa pulang. Tapi, selang satu hari ban motor bocor lagi. Setelah dibawa ke tambal ban ternyata yang baru ditambal kemarin bocor parah. Gara-garanya, tukang tambal di bengkel kemarin salah bahan tambalannya. Tarpaksa harus ganti ban baru. Sorenya, saya cuci motor ke tempat cucian langganan. Begitu selesai, langsung saya bayar harga biasa Rp. 6000. Ternyata harganya sudah naik menjadi Rp. 7000.

“Hah…saya kan sudah berinfaq lebih, kok ada saja yang membuat duit keluar, pasti Allah ada maksud lain untuk kebaikan saya.” Begitu yang terus menerus saya pikirkan.

Pada Hari Senin (15 Februari 2010) saya masuk kerja seperti biasa. Pakaian agak kusut karena dari siang hingga tengah malam disimpan di jok motor. Saya biasa mencuci pakain di tempat adik di Batam Center. Pakaian yang sudah kering langsung dibawa pulang. Biasanya disimpan di jok motor. Tak heran, begitu sampai di rumah menjadi kusut. Apalagi pada Malam Senin itu saya manggung (main band) mulai siang hingga malam.

Pagi-pagi pakaian tersebut harus dipakai. Benar-benar terlihat kusut. Untung teman-teman kerja sangat perhatian dan sangat baik pada saya. Mereka sudah sangat akrab, karena saya selalu berusaha tidak membuat jarak. Salah satu dari teman memanggil saya. “Pak, maaf pakaiannya kok kusut, gak disetrika ya..?” tanyanya dengan pandangan perhatian. “Oo…kusut ya? Dari siang sampai malam pakaian ini disimpan di jok motor, malam-malam baru nyampai rumah jadi gak memperhatikan.” Jawabu dengan nada berterima kasih.

Begitu sampai rumah, pakaian-pakaian yang sudah rapi saya setrika lagi. Sekarang seluruh pakaian-pakaian di lemari sangat rapi, licin, dan tidak kusut lagi. Insya Allah saya akan terus lebih memperhatikan.

Alhamdulillah, ternyata teguran teman tersebut merupakan bentuk perhatian untuk kebaikan saya. Teguran membuat makin sadar dan berubah ke arah lebih baik lagi. “Terima kasih atas perhatiannya.” Ucapku sambail senyum-senyum.

Akhirnya saya berpikir, mungkin Allah juga menegur karena merasa sayang. Agar saat berinfaq harus lebih ihlas lagi. Dengan berbagai rentetan kejadian yang harus mengeluarkan duit, bisa saja bermakna merapikan hati saya dari rasa ihlas. Siapa tahu hati saya sekarang sudah tidak kusut, sudah rapi, serta licin seperti pakaian di lamari, insya Allah.





Tidak ada komentar: