Catatan Hati Mahmud Syaltut Usfa
“Cinta bukan menemukan seseorang untuk hidup bersama, tetapi cinta adalah menemukan seseorang yang kamu tidak dapat hidup tanpanya”.
Hah…haruskah cinta diungkapkan sedahsyat itu? Nyatanya, kalimat indah kadang hanya berjalan sekejap rasa. Banyak dari mereka yang awalnya berikrar sehidup semati, tapi akhirnya tumbang juga. Hanya tinggal kekecewaan yang tersisa. Kalimat indah bak pujangga tergolek menjadi sampah.
“Mendekatlah padaku atas nama cinta
Biarkan tangan jiwa ini menyentuh hatimu
Tak kan kubiarkan hembusan angin memeluk gelisahmu
Engkau anugerah terindah yang hadir seiring kesucian takdir”
Harus kujaga hingga hatimu meleleh dalam dekapan syahdu”
Kenapa cinta tak seindah saat pertama bertemu? Jawabannya sederhana saja. Namanya saja bertemu sesuatu yang baru. Getaran cinta pertama mengundang sejuta rasa. Segenap tali jiwa berkembang dalam lingkaran silaturrahmi rasa. Hati merasakan getaran yang teramat dahsyat. Menjalar ke seluruh tubuh. Hingga mampu menggetarkan tubuh. Lidah terasa keluh berkata walau sepatah kata. Namun, lamban laun memudar juga seiring perjalanan waktu.
Saat cinta hadir pertama kali, berjuta ilusi menghampiri. Semua yang tampak di pribadi sang kekasih adalah keindahan. Jangankan yang betul-betul positif, sifat-sifat buruknya saja terlihat indah di mata jiwa.
Banyak orang mengatakan bahwa kadar cinta kekasihnya sudah berubah. Padahal, dulunya baik betul. “Wah…..sekarang dia sudah berubah.” Kalimat itu sering terdengar ketika cinta sudah mulai berjalan jauh. Sebenarnya dia tidak berubah sedrastis yang Anda pikirkan. Pribadi sang kekasih masih seperti dulu. Justru yang berubah adalah perasaan Anda. Ketika cinta pertama hadir, ilusi sangat begitu kental mempengaruhi. Namun, seiring perjalanan waktu, ilusi sudah mulai luntur bahkan hilang ditelan realitas.
“Cinta tak perlu pergi bersama sayap-sayang angin
Jadilah embun yang selalu menyapa di keabadaian pagi
Cinta hadir dalam kesucian rasa
Bening, mengalir melintas di keheningan hati
Cinta tak patut bersanding dengan manisnya fatamorgana”
Dalam ketulusan cinta kerap dibasahi tetesan air mata. Tak perlu dirisaukan. Cinta mencapai tahta tertinggi jika diwarnai air mata dalam perjalanannya. Tersenyumlah dengan pahit getirnya cinta. Filsafatnya akan terus bersenandung dengan lirih-lirih kehidupan.
Hari ini aku hanya bisa berkata:
"Sandarkan tubuhmu di pundakku
Akan aku ceritakan bagaimana pengalaman terindah selama hidupku
Serta akan aku ceritakan pengalaman terpahit dalam hidupku
Karena dalam kedua cerita tersebut ada nafasmu yang memberi warna selama aku menjalaninya,
hingga mata batinku terpejam tak sanggup menatapnya lagi..."
Sekolah rega
11 tahun yang lalu
1 komentar:
mantap kak puisinya... salam kenal
Posting Komentar