Rabu, 19 Mei 2010

Sibuk Mengurus Hati

Catatan Ringan Mahmud Syaltut Usfa

Dalam kehidupan ini, kita mendapat jatah waktu 24 jam. Berbagai tetek-bengek urusan harus diselesaikan dalam waktu itu juga. Jika tidak, sudah pasti akan tertunda di 24 jam ke depan. Banyak orang yang bisa memanfaatkan waktu tersebut. Namun, juga sangat banyak yang kelabakan.

Dari berbagai kesibukan selama 24 jam, sebenarnya yang membuat kita sangat-sangat capek disebabkan terlalu sibuk mengurus hal-hal kecil. Sehingga hati tidak terurus. Lalulintas dalam hati kita sungguh sangat padat. Entah muncul rasa jengkel, salah paham, dan seabrek perasaan menyakitkan hati lainnya. Capek !! Padahal selama kita hidup tidak akan lepas dari gesekan persoalan.

Selagi kita tidak mampu mengurus hati, mustahil bisa menaklukkan waktu 24 jam dengan tenang. Padahal, jika kita mampu, niscaya Allah akan menaklukkan alam semesta kepada Anda. Hati kita menjadi tidak tanang, wasa-was, karena terlalu sibuk mengurus bisikan-bisikan tidak penting. Sehingga, kita bukan disibukkan manata hati diri sendiri, melainkan sibuk mengurus orang lain.

Bisa dibayangkan, betapa capeknya hati jika kita sibuk mengurus orang lain. Bahkan kita akan dilanda kecemasan, ketakutan, dan depresi.

Saya memilikii kisah menarik tentang seorang sufi.

Suatu ketika, seorang Arab datang ingin berguru kepada Abu Said Abul Khair, seorang tokoh sufi yang terkenal karena karamahnya dan gemar mengajar tasawuf di pengajian-pengajian. Rumah guru sufi itu terletak di tengah-tengah padang pasir.

Ketika orang itu tiba, Abul Khair sedang memimpin majlis simaan (acara mendengarkan orang membaca doa) di tengah para pengikutnya. Waktu itu Abul Khair membaca Al-Fatihah. Ia tiba pada ayat: ghairil maghdubi alaihim, wa laz zalim. Orang Arab itu berfikir, '' Bagaimana mungkin aku bisa berguru kepadanya. Baca Al-Quran saja, ia tidak bisa?. Orang itu mengurungkan niatnya untuk belajar kepada Abul Khair.

Begitu orang itu keluar, ia dihadang oleh seekor singa padang pasir yang buas. Ia mundur tetapi di belakangnya ada seekor singa lain yang menghalanginya. Lelaki Arab itu menjerit keras karena ketakutan.

Mendengar teriakannya, Abul Khair turun keluar meninggalkan majlisnya. Ia menatap kedua ekor singa itu dan menegur mereka, Bukankah sudah kubilang jangan ganggu para tamuku!? Kedua singa itu lalu bersimpuh di hadapan Abul Khair.

Sang sufi lalu mengelus telinga keduanya dan menyuruhnya pergi. Lelaki Arab itu merasa heran, Bagaimana Anda dapat menaklukkan singa-singa yang begitu liar? Abul Khair menjawab, Aku sibuk memperhatikan urusan hatiku. Untuk kesibukanku memperhatikan hati ini, Tuhan menaklukkan seluruh alam semesta kepadaku. Sedangkan kamu sibuk memperhatikan hal-hal lahiriah, karena itu kamu takut kepada seluruh alam semesta.

Semoga kita mampu menjadi orang yang selalu sibuk mengurus hati. Insya Allah kita akan menjadi orang yang tenang. Karena Allah akan memberi alam semesta untuk Anda miliki.


Tidak ada komentar: