Sabtu, 22 Mei 2010

Kita Bukan Bangsa Pemalas

Catatan Lepas Mahmud Syaltut Usfa

Masih banyak sebagian orang yang menilai kalau bangsa kita adalah pemalas. Sepertinya penilaian tersebut harus dikoreksi total. Gak masuk akalnya, pandangan seperti itu dilandasi dari ukuran ekonomi. Mereka yang hidup kurang sejahtera dipandang karena malas bekerja. Ah…ada-ada saja!!

Saya akan membuka sedikit fakta yang gampang ditemui di sekitar kita.

Ketika masih tinggal di Surabaya. Saya banyak menemui tempat-tempat di mana mereka melakukan aktifitas usaha (jualan) dimulai tengah malam. Mereka baru pulang sekitar pukul 09.00 WIB pagi. Sebut saja di daerah tanjung perak misalnya. Sekitar pukul 11.00 WIB malam para pedagang mulai menggelar dagangannya. Ada penjual buah, makanan, minuman, dan sejenisnya.

Biasanya sambil menunggu kapal datang. Baik kapal Pelni maupun kapal jenis lain. Atau juga berharap dari para pekerja pelabuhan yang membelinya. Bisa dibayangkan, berarti para pedagang itu telah mempersiapkan dagangannya dari sore hari, atau mungkin dari siang. Luar biasa kerja keras mereka. Apakah orang-orang seperti itu pantas disebut pemalas? !!

Masih di Surabaya. Ada kawasan namanya Pabean. Tempat tersebut sangat hidup ketika tengah malam. Di situ rata-rata penjual makanan (warung tenda). Pernah pada tengah malam selepas ziarah ke makam para wali di Gresik dan Lamongan. Saya dan teman-teman kampus bersama ustadz satu mobil. Karena lapar, teman saya (ustadz) asal Sidoarjo itu ngajak mampir ke Pabean. “Aku belikan roti canai yang sangat enak di Surabaya.” Ujarnya sambil menyetir mobilnya.

Benar sekali. Roti canainya sangat enak dengan dicampur kuah kare ayam lengkap dengan sate ampela hati. Hingga menjelang subuh kami baru pulang. Untung besoknya gak ada kuliah pagi. Kawasan Pabean memang banyak diisi pedagang asal Madura. Mereka sudah biasa mempersiapkan dagangannya mulai malam hingga pagi. Apakah mereka pemalas?!!

Dari Pebean kita beralih ke kawasan pelacuran ternama di Surabaya, yaitu, Doli dan Jarak. Para wanita tuna susila sudah harus melayani tamu dari sore hari. Bahkan, tak jarang siang hari juga harus ‘dikerjai’ para lelaki hidung belang. Pada sore hari sekitar jam 16.00 WIB, sudah harus berdandan cantik. Dan pada malamnya harus ‘memajang’ diri di ruang berkaca melayani tamu-tamu. Mereka harus bekerja keras (Saya tak tahu apa bekerja keras atau bekerja lunak) hingga pagi-pagi subuh. Malaskah mereka?!!

Begitu juga dengan para pedagang di Kota Malang. Di kota dingin tersebut ada kawasan namanya kota lama. Merupakan kawasan di jantung kota. Tidak berbeda dengan para pedagang di Surabaya. Mereka berdagang di dekat lintasan kereta api. Bisa dikatakan 24 jam stand by di warung tendanya. Karena pasar pagi, justru setelah subuh rame-ramenya pembeli. Sekitar jam 11.00 WIB malam mereka sudah mempersiapkan dagangannya. Mulai pedagang sayur, buah-buahan, makanan, dan lain-lain. Apakah mereka pantas disebut pemalas?!!

Selanjutnya beralih ke Batam. Ada kawasan namanya Jodoh. Tepatnya pasar pagi, dekat dengan pusat perbelanjaan Ramayana. Di daerah itu, terkenal dengan pasar sayur, ikan dan buah-buahan murah. Tentu saja beraneka pedagang lainnya berbaur di situ. Termasuk penjual barang-barang second. Tahukah Anda, para penjual sayur, buah, ikan, makanan dan minuman mulai menggelar dagangannya sekitar pukul 11.00 WIB malam.

Pada pukul 02.00 WIB tengah malam sedang sibuknya-sibuknya mengatur dagangannya. Hingga subuh terus melayani pembeli yang semakin banyak. Mereka mengemas dagangannya sekitar pukul 10.00 WIB pagi. Luar biasa, apakah orang-orang itu pantas disebut pemalas?!!

Tentunya di kawasan lainnya juga banyak orang-orang pekerja keras seperti itu. Tidak hanya di Surabaya, Malang, Batam, tapi di kota-kota lainnya. Juga tidak hanya orang-orang di kota. Mereka yang tinggal di pegunungan, desa-desa, dusun-dusun, juga banyak yang terbiasa melakukan aktifitas seperti itu. Pun, bukan hanya pedagang. Tapi para karyawan juga sangat banyak yang harus bekerja di saat orang-orang pada terlelap.

Coba pikir lagi dalam-dalam, jika di benak kita masih terlintas penilaian bangsa kita pemalas mohon dikoreksi total. Paling tidak, bagi mereka di atas mohon dikecualikan. Kalau pun mereka masih hidup di garis kemiskinan, bukan berarti pemalas. Melainkan kesempatan untuk menjadi orang kaya masih sangat terbatas. Semoga tulisan ini bisa dijadikan koreksi di saat kita memperingati Hari Kebangkitan Nasional di tahun 2010 ini.


Tidak ada komentar: