Keangkuhan Do’a
Kata-kata itu terasa merdu menyentuh jiwa langit
Bercengkrama dengan pengharapan
Mengoyak keheningan takdir
Membisu tak berdaya di antara seribu permintaan
Do’a begitu angkuh menuntut tuhan
Membungkus keluh kesah dengan kekhusuan
Tuhan telah diperintah kata-kata iba
Tuhan telah diajari oleh lidah kemunafikan
Tuhan telah dituntun lumuran hati para pendosa
Lelehan air mata bukan hempasan rasa cinta padaNya
Tapi rasa takut sang do’a tak terkabul
Ratapan jiwa bukanlah rasa kepasrahan syukur
Namun rasa gusar sang do’a tak terwujud
Tuhan hanya ada saat tubuh butuh sandaran
Dengan panggilan sendu atas nama do’a
Saat jiwa terbang dengan kepakan sayap bahagia
Tuhan hanya terselip di celah-celah kuku makrifat
Kebisuan Cinta
Biarkan cinta ini membisu sejenak
Berkabung dengan tarian lara
Bernyanyi lirih seirama tetesan gelisah
Aku hanya ingin cinta sederhana
Seperti angin yang tak sempat berkata apa pun saat membelai samudera
Seperti api yang tak sanggup berucap sepatah kata pun saat melebur bara
Cintamu begitu dahsyat hingga melemparkan jiwaku ke lidah langit
Menjadikan hati ini tercecer di pangkuan ayat-ayat keteduhan
Tak perlu risau menanyakan jejak-jejaknya
Aku telah mengukirnya di celah cahaya rembulan dan matahari pagi
Tak perlu risau memikirkan perjalanannya
Hatiku masih berdiri kokoh dengan busur di sayapnya
Siap memanah rembulan hingga kebenaran tak membisu lagi
Sekolah rega
11 tahun yang lalu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar